Suatu hari, seorang anak kecil mengetuk pintu sebuah rumah.
Tak seberapa kemudian pintu itu dibukakan dan tampaklah
seorang ibu yang keluar.
“Bu, saya dari panti asuhan diseberang jalan itu, saya
menjual kue-kue buatan saya dan teman-teman untuk tambahan biaya sekolah kami.
Apakah Ibu bersedia membelinya? Harganya hanya Rp 3.000, semuanya sama.” Kata
si anak sambil menunujukkan baki tempat kue-kue itu yang masih penuh isinya.
Si ibu sambil melihat anak kecil itu, ia berkata, “Kebetulan
Ibu nanti malam ada acara keluarga, kalau begitu Ibu bawa dulu baki kuemu untuk
Ibu pindahkan ke tempat Ibu dulu, Ibu mau beli setengahnya ya.”
Si anak kecil itu dengan wajah sumringah menyerahkan baki yag penuh berisi kue itu kepada Ibu
tersebut.
Si Ibu masuk ke rumah dan tak berapa lama kemudian keluar
sambil menyerahkan baki yang sudah berkurang isinya dan menyerahkan beberapa
lembar uang kepada anak itu.
Si anak mengucapkan terima kasih dengan kepada Ibu itu.
Si Ibu berkata. “Nak, kenapa kamu tidak ikut masuk, apakahtidak
kahawatir kalau Ibu mengambil kue-kuemu lebih banyak daripada yang Ibu
bayarkan?”
Si anak menjawab, “Tidak, karena kalau Ibu melakukannya, Ibu
akan mendapatkan hal terburuk dalam hidup Ibu.”
“Apa maksudmu,nak?” Tanya si Ibu.
Jawab anak kecil itu,”Jika Ibu mengambil lebih banyak dari
yang Ibu bayarkan, saya hanya akan kehilangan beberapa kue saja, sedangkan Ibu…
Ibu akan menjadikan diri Ibu sendiri sebagai pencuri, apakah ada yang lebih
buruk dari itu? Apalagi mencuri dari anak kecil dan yatim piatu seperti saya,
bukannya hukuman Tuhan lebih berat lagi karena itu?”
Si Ibu sambil tersenyum mengusap-usap kepala anak kecil
itu,”Karena kepolosanmu, kamu telah mengajarkan ke Ibu pelajaran hidup yang
berharga yang sudah banyak dilupakan oleh banyak orang yaitu kejujuran. Sebagai
tanda terima kasih Ibu, Ibu mau memborong semua sisa kuemu, boleh?”
“Ya, ya Bu. Terima kasih banyak, dengan begini, saya bisa pulang
lebih awal membantu teman-teman dan para kakak pengasuh di panti.” Jawab si
anak sambil melonjak kegirangan.
…
Kejujuran… sebuah kata yang indah namun tidak semudah
membalikkan telapak tangan mewujudkannya. Banyak godaan dunia yang membuat kita
semakin jauh dari mewujudkan arti kejujuran. Kejujuran kerap kali menyakitkan
hati dan membuat telinga menjadi panas mendengarnya, kita menginginkannya namun
kita tidak siap melakukan/menerimanya.
Kiranya Tuhan melalui Bunda-Nya, Bunda Maria, selalu
membimbing kita untuk berani mewujudkan kejujuran dalam hidup ini serta
berlapang hati menerima kenyataan dari suatu kejujuran.
Tuhan memberkati selalu.
Mikael Oka