Kamis, 01 Januari 2015

Kejujuran

Suatu hari, seorang anak kecil mengetuk pintu sebuah rumah.

Tak seberapa kemudian pintu itu dibukakan dan tampaklah seorang ibu yang keluar.

“Bu, saya dari panti asuhan diseberang jalan itu, saya menjual kue-kue buatan saya dan teman-teman untuk tambahan biaya sekolah kami. Apakah Ibu bersedia membelinya? Harganya hanya Rp 3.000, semuanya sama.” Kata si anak sambil menunujukkan baki tempat kue-kue itu yang masih penuh isinya.

Si ibu sambil melihat anak kecil itu, ia berkata, “Kebetulan Ibu nanti malam ada acara keluarga, kalau begitu Ibu bawa dulu baki kuemu untuk Ibu pindahkan ke tempat Ibu dulu, Ibu mau beli setengahnya ya.”

Si anak kecil itu dengan wajah sumringah menyerahkan baki yag penuh berisi kue itu kepada Ibu tersebut.

Si Ibu masuk ke rumah dan tak berapa lama kemudian keluar sambil menyerahkan baki yang sudah berkurang isinya dan menyerahkan beberapa lembar uang kepada anak itu.

Si anak mengucapkan terima kasih dengan kepada Ibu itu.

Si Ibu berkata. “Nak, kenapa kamu tidak ikut masuk, apakahtidak kahawatir kalau Ibu mengambil kue-kuemu lebih banyak daripada yang Ibu bayarkan?”

Si anak menjawab, “Tidak, karena kalau Ibu melakukannya, Ibu akan mendapatkan hal terburuk dalam hidup Ibu.”

“Apa maksudmu,nak?” Tanya si Ibu.

Jawab anak kecil itu,”Jika Ibu mengambil lebih banyak dari yang Ibu bayarkan, saya hanya akan kehilangan beberapa kue saja, sedangkan Ibu… Ibu akan menjadikan diri Ibu sendiri sebagai pencuri, apakah ada yang lebih buruk dari itu? Apalagi mencuri dari anak kecil dan yatim piatu seperti saya, bukannya hukuman Tuhan lebih berat lagi karena itu?”

Si Ibu sambil tersenyum mengusap-usap kepala anak kecil itu,”Karena kepolosanmu, kamu telah mengajarkan ke Ibu pelajaran hidup yang berharga yang sudah banyak dilupakan oleh banyak orang yaitu kejujuran. Sebagai tanda terima kasih Ibu, Ibu mau memborong semua sisa kuemu, boleh?”

“Ya, ya Bu. Terima kasih banyak, dengan begini, saya bisa pulang lebih awal membantu teman-teman dan para kakak pengasuh di panti.” Jawab si anak sambil melonjak kegirangan.

Kejujuran… sebuah kata yang indah namun tidak semudah membalikkan telapak tangan mewujudkannya. Banyak godaan dunia yang membuat kita semakin jauh dari mewujudkan arti kejujuran. Kejujuran kerap kali menyakitkan hati dan membuat telinga menjadi panas mendengarnya, kita menginginkannya namun kita tidak siap melakukan/menerimanya.

Kiranya Tuhan melalui Bunda-Nya, Bunda Maria, selalu membimbing kita untuk berani mewujudkan kejujuran dalam hidup ini serta berlapang hati menerima kenyataan dari suatu kejujuran.


Tuhan memberkati selalu.

Mikael Oka