Perjalanan hidupnya sempat menjadi sangat muram.
Bagaimana tidak? Ketika masih sangat muda, Bartolo lengkapnya
Bartolo Longo sudah terjebak dalam sekte yang sangat menakutkan ialah sekte
setan di tempat kelahirannya Italia.
Ia dilahirkan tanggal 11 Februari 1841 dan sempat mengenyam
pendidikan di sekolah Katolik setempat.
Mula-mula ia memang adalah seorang anak yang saleh.
Namun ketika menjadi dewasa, dia mengubah gaya hidupnya.
Mungkin karena pengaruh lingkungan dan imannya kurang ia
pelihara dengan baik.
Ketika ia mengenyam pendidikan di universitas Napolia, Italia
dilanda revolusi.
Di berbagai tempat di Italia muncul kelompok-kelompok yang
mempropagandakan anti klerus.
Dari sikap ini muncul kegiatan lain yakni mengancam ajaran
Gereja dan dengan sendirinya otoritas Paus tidak diakui.
Banyak orang terjebak tetapi di pihak lain banyak pula orang
yang mempertahankan mati-matian sikap iman Katolik mereka.
Bartolo sendiri ikut dalam arus kelompok yang menentang
ajaran Gereja Katolik.
Bahkan dia terjebak dalam sekte setan.
Mula-mula sebagai anggota biasa, namun kemudian dia
memutuskan untuk ikut pendidikan menjadi imam dalam sekte setan itu.
Maksunya agar dia lebih mantap mempropagandakan aliran ini
yang sangat gigih menentang Gereja dan otoritas Gereja.
Ia sempat ditahbiskan menjadi imam sekte setan.
Namanya sekte setan, upacara pentahbisannya sangat khusus
pula.
Dan menurut ceritanya kemudian, upacara itu sangat
menyeramkan.
“Sepertinya benar-benar berada di dalam neraka”, katanya:”Kilat
menyambar, dinding berguncang dan teriakan kutukan bergema. Saya sempat jatuh
pingsan dan untuk beberapa lama terbaring sakit tidak sadarkan diri.”
Apa yang dibayangkan sebelumnya yakni bisa hidup dengan
tenteram, ternyata tidak.
Kepada sahabatnya seorang imam Dominikan, ia mengemukakan
kegelisahan hatinya.
Ia sering mengalami rasa putus asa dan ingin bunuh diri.
Ia benar-benar masuk dalam kelompok yang sangat bertentangan
dengan suara hatinya.
Sahabatnya yang imam Katolik itu memberikan pengarahan
kepadanya.
Dalam pertemuan-pertemuan konsultasi, imam itu
mengingatkan:”Bartolo, ingat tidak? Saudara-saudaramu apalagi ibumu sering
berdoa kepada Bunda Maria. Keluargamu itu mempunyai devosi khusus kepada Bunda
Maria. Nah, mari kita menemui Pastor Alberto Rodente. Nampaknya kau membutuhkan
bantuan agar bisa keluar dari permasalahanmu sekarang ini.”
Dengan sabar pastor Dominikan itu meminta agar Bartolo
memulihkan segala perbuatannya selama menjadi imam sekte setan yang merugikan
Gereja dan umat.
Mula-mula agak sulit karena bartolo yakin bahwa dia sudah
bersumpah ketika ditahbiskan menjadi imam sekte setan dan sumpah ini ia lakukan
untuk seluruh hidupnya.
“Sumpah mati, aku adalah imam sekte setan; apapun yang
terjadi pada diriku adalah resiko dari keputusan yang telah aku ambil. Setelah
ditahbiskan, aku adalah hamba setan dan kelak menghuni neraka. Tapi dalam
kebingungan aku mendengar kata-kata Pastor Alberto mengulang janji Maria:”Siapa
yang menyebarkan devosi rosarioku, akan diselamatkan.”.”
Imam gereja setan itu merenung dalam pesan-pesan tersebut.
“Kata-kata imam itu pasti kata-kata Bunda Maria sendiri. Aku
lalu jatuh berlutut dan berseru:”Ini pasti suaramu oh Bunda Maria. Kalau ini
memang adalah janjimu, maka aku yakin akan selamat karena aku berjanji tidak
akan meninggalkan dunia ini tanpa menyebarluaskan devosi kepadamu khususnya
Rosario suci.” Berkat bimbingan Pastor Alberto yang tidak henti-hentinya
memberi jaminan kepadanya bahwa Bunda Maria akan memberi banyak berkat
khususnya jaminan aku mati dalam rahmat.”
Hati Bartolo tergugah.
Ia menangis sejadi-jadinya di depan patung Bunda Maria di
Pompei sambil menggenggam Rosario di tangannya.
Ia kembali ke pastoran dan minta agar diberi pengampunan
lewat pengakuan dosa dan setelah itu untuk pertama kali setelah kemurtadannya
ia menerima Komuni Suci Tubuh dan Darah Kristus sendiri.
Pada usia 44 tahun ia menikah dengan seorang janda kaya yang
memiliki sebuah kediaman mewah di Lembah Pompei.
Ia kemudian menyerahkan sebagian kekayaannya untuk kepentingan
Paus dan dia diangkat menjadi administrator serta utusan Paus.
Dia juga mendirikan Ordo Ketiga Dominikan untuk para wanita
dengan nama Puteri Rosario Kudus.
Dia sendiri menjadi anggota Ordo Ketiga Dominikan.
Sebagai awam dalam Ordo Ketiga Dominikan, fokus perhatiannya
terutama kepada menyebarluaskan devosi kepada maria khususnya devosi Rosario
Suci.
Ia kemudian mengadakan ceramah mengenai Maria, mengadakan
retret dan novena bersama sejumlah imam di berbagai tempat.
Di samping itu ia menulis banyak buku seputar Maria dan
Rosario.
Buku-bukunya laku keras dan bisa dicetak sampai 100.000
eksemplar.
Lalu ia berhasil memperoleh gambar Maria yang sedang
menyerahkan Rosario kepada Santo Dominikus.
“Anda akan menyaksikan banyak mukjizat yang dilakukan Bunda
Maria lewat gambar ini”kata seorang suster meyakinkan Bartolo.
Gambar itu dibawa ke Pompei pada tanggal 13 November 1875 dan
diadakan upacara penerimaan yang meriah.
Setiap hati tidak kurang dari 10.000 peziarah datang berdoa
dan terjadi banyak mukjizat penyembuhan.
Rasul Rosario ini ikut menyukseskan pendidikan imam.
Ia mencarikan dana untuk pendidikan sekitar 45 calon imam.
Lewat surat dan pertemuan tatap mata secara berkala, Bartolo
meneguhkan panggilan para imam asuhannya itu.
Ia hidup mencapai usia 85 tahun dan meninggal pada tanggal 5
Oktober 1926.
Pada tanggal 26 Oktober 1980, Paus Yohanes Paulus II mengumumkan
kepada umat bahwa penyembah setan fanatik dan imam setia gereja setan ini telah
ditangkap Bunda Maria dan menjadi rasul Rosario.
Pada hari peneguhan dirinya menjadi Beato, ribuan orang
berkumpul di halama Basilika Santo Petrus sambil menggenggam Rosario dan
berjanji untuk menjadi anak-anak Maria khususnya pendoa Rosario yang sejati.
...
Tuhan memberkati kita selalu.
Teman-teman terkasih
dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel
diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"
With love,
Mikael Oka
Referensi:
Sumber gambar dari internet yang diolah.
Dikutip dari Majalah Rohani Bulanan: Kuasa Doa, Volume 9
Nomor 8, Oktober 2014, Penerbit Komunitas Hidup Baru, 2014 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar