Minggu, 19 Oktober 2014

Dokumen Sinode Menunjukkan Keterbukaan Gereja Bagi Umat Bercerai, Pasangan Kumpul Kebo dan Gay

15/10/2014

Para peserta dalam sebuah peninjauan kembali mengenai ajaran Gereja tentang keluarga menyarankan pada Senin bahwa Gereja mengadopsi perspektif yang lebih positif terkait pasangan kumpul kebo, perceraian dan pasangan gay (sesama jenis).

Para klerus senior, yang dipilih oleh Paus Fransiskus untuk membuat kesimpulan dari diskusi-diskusi dalam sinode para uskup dari seluruh dunia tersebut, mengeluarkan dokumen yang menjelaskan banyak peserta melihat “aspek positif” terhadap para pasangan saat ini yang dianggap sebagai “penyimpangan” – termasuk pasangan sesama jenis, kumpul kebo, atau pasangan menikah secara sipil dimana salah satu atau kedua pasangan bercerai.

Seorang pakar Vatikan terkemuka menjelaskan bahwa adalah sebuah “gempa bumi pastoral”, para klerus menyarankan dalam dokumen tersebut bahwa Gereja harus merangkul kelompok-kelompok ini.

“Kaum homoseksual memiliki karunia dan kualitas untuk dipersembahkan kepada komunitas Kristen. Apakah kita mampu menyambut dan menjamin mereka ruang persaudaraan dalam komunitas kita?” tanya dokumen itu.

Dokumen itu menambahkan: “Tanpa mengabaikan masalah-masalah moral yang terkait pasangan homoseksual, ini harus dicatat bahwa ada kasus-kasus dimana saling membantu  merupakan dukungan yang berharga dalam kehidupan pasangan tersebut.”

Laporan tersebut menunjukkan tidak ada keinginan klerus Katolik untuk mengubah doktrin yang telah lama dibuat dan diterapkan yang menyatakan bahwa homoseksualitas, seks di luar nikah dan perceraian adalah penyimpangan.

Tetapi, dokumen itu juga mengakui bahwa Gereja perlu menemukan cara untuk menjembatani kesenjangan yang telah melebar di antara ajarannya  dan realitas dunia modern.

Secara teologis, dokumen itu berusaha melalui penekanan pada “prinsip gradualitas” – yang menunjukkan Gereja harus membantu umat beriman mengikuti ajaran dari masa ke masa, daripada berurusan dengan pasangan yang dinilai berdosa.

Uskup Agung Bruno Forte, Sekretaris Khusus Sinode,  mengatakan: “Ini adalah bagaimana cara memahami kompleksitas realitas keluarga saat ini.”

Laporan pertengahan Sinode berbicara menerima realitas perkawinan sipil dan kumpul kebo, seraya mengatakan pasangan ini bisa mencapai “tingkat stabilitas penting melalui ikatan publik” dan sering ditandai dengan sikap kasih sayang yang mendalam, dan tanggung jawab terhadap anak-anak.

Dokumen itu secara jelas mengarahkan dari masalah yang sangat kontroversial, apakah umat bercerai dan menikah lagi, dapat menerima Komuni.

Para pasangan itu saat ini dilarang,  yang para kritikus mengatakan tidak masuk akal karena pembunuh yang telah bertobat atas tindakan mereka dapat menerima Komuni. 

Pertanyaan itu telah dibiarkan terbuka untuk direfleksikan lebih lanjut.

Reaksi kaum konservatif

“Dalam konteks pastoral, dokumen itu … merupakan gempa, ‘gempa besar’ yang melanda, yang disusul dengan gempa kecil selama  berbulan-bulan,” tulis pakar Vatikan terkemuka John Thavis di blog-nya.

Thavis menambahkan: “Mengenai homoseksualitas, ia berpandangan bahwa apakah Gereja bisa menerima dan menghargai penyimpangan (orientasi) seksual mereka tanpa melakukan kompromi dengan ajaran Katolik.”

Para pejabat Vatikan menekankan bahwa refleksi tentang keluarga tetap sangat banyak “pekerjaan yang sedang berjalan” dan ada tanda-tanda reaksi terhadap isi dokumen itu pada Senin, dimana sejumlah uskup berpandangan tradisional menyatakan pasangan gay sebagai “gangguan”.

Paus Fransiskus memahami bahwa ada keinginan perubahan dalam Gereja terutama dari segi praktis terkait masalah keluarga.

Sumber: ucanews.com
...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"


With love,


Mikael Oka

Tidak ada komentar: