Sudah
beberapa tahun belakangan ini, aku merasa hidup ini penuh ketidakkonsistenan.
Pada saat
masih anak-anak, diajarkan untuk selalu berjalan di arah yang baik, menentang
segala ketidakadilan dan kejahatan.
Namun
setelah dewasa, diminta untuk bisa berkompromi dengan segala hal yang tidak
baik supaya dapat bertahan hidup.
Disaat aku
sedang melamun di tepi danau, tiba-tiba di sebelah kiri bangkuku duduklah
seseorang yang tidak asing lagi bagiku.
Aku : Mau apa lagi datang ke sini?
Luci : Hahaha…jangan sinis begitu dong. Kita
ini kan sahabat bagaikan kepompong…
Dengan
sedikit mendengus, aku berkata : Mau mengajak apalagi, setiap saranmu yang aku
lakukan tidak membuatku menjadi lebih baik, malah hatiku tidak merasakan
kedamaian.
Luci : Sabar sahabatku, itu semua karena kamu
melaksanakannya dengan tidak sepenuh hati. Aku tahu kalau kamu kecewa dengan
pelayanan yang diberikan oleh Gereja, kecewa karena kemunafikan orang-orang
disekitarmu dan kecewa karena pengkhianatan yang kamu alami. Ikutilah aku
terus, sahabatku, maka kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan dan juga
kamu dapat membalaskan semua kekecewaan dan dendam dalam dirimu. Kamu akan
selalu bahagia, bukankah itu yang kamu inginkan?
Aku diam
sejenak, merenungkan kata-kata Luci…
Tanpa
kusadari. di bangku sebelah kananku, duduklah seseorang yang juga tidak asing
lagi bagiku, Si Tabib.
Tabib : Salam damai sejahtera bagimu, anak-Ku. Aku
mengetahui kalau di dalam dirimu penuh dengan kebimbangan. Waspadalah selalu
karena pada saat kamu memenuhi hasrat nafsu dan egomu, maka kamu akan jatuh
dalam kebinasaan abadi.
Aku : Tabib, aku bosan dengan hidup ini. Dunia
ini bagiku penuh dengan kegilaan, penuh dengan ketidakkonsistenan. Aku
membencinya, karena aku menjadi korbannya.
Tabib : Benar, kamu menjadi korban dunia ini. Namun
jauh sebelum kamu, ada lagi seseorang yang tidak berdosa yang justru memilih
mengorbankan hidupnya untuk kita semua karena KASIH-Nya bagi kita. Ia sama
sekali tidak bersalah, Ia difitnah karena rasa iri sekelompok orang, Ia diadili
dengan tidak adil karena sang hakim memilih keselamatan dan repurtasinya
sendiri, Ia disiksa bertubi-tubi meskipun tidak ada keputusan untuk
mendera-Nya, Ia dilecehkan habis-habisan sampai hampir telanjang bahkan sampai
wafat-Nya di Kayu Salib. Namun Ia tidak mengeluh, Ia menyadari bahwa Ia harus
menjadi korban dunia ini, Ia menyadari konsekuensinya mengasihi kita semua.
Kamu tau siapa yang Aku maksudkan.
Apakah kamu masih
mempunyai alasan untuk mengeluh dengan apa yang kamu alami saat ini?
…
Hidup hanya
sekali.
Semua yang kita putuskan akan berdampak bagi kehidupan kita setelah di
dunia ini, apakah keselamatan dan kebahagiaan dunia yang kita pilih ataukah
keselamatan dan kebahagiaan kekal.
Waspadalah
karena Luci/Lucifer/si jahat selalu setia disamping kita, menunggu jiwa kita
lemah dan kemudian seolah-olah sebagai sahabat, berniat membantu kita, namun
dampak dari bantuannya itu adalah menemaninya di dalam kebinasaan kekal.
Perkuatkanlah
selalu doa kita kepada Tuhan dan mohon bimbingan Ratu Surgawi untuk menuntun
jiwa kita kepada Puteranya serat berbuatlah baik selalu pada sesama disekitar
kita.
SELAMAT
PASKAH, kiranya damai sejahtera selalu bersama kita.
Tuhan
memberkati selalu.
Mikael Oka