Sabtu, 04 April 2015

Antara Tabib, Aku dan Luci

Sudah beberapa tahun belakangan ini, aku merasa hidup ini penuh ketidakkonsistenan.

Pada saat masih anak-anak, diajarkan untuk selalu berjalan di arah yang baik, menentang segala ketidakadilan dan kejahatan.

Namun setelah dewasa, diminta untuk bisa berkompromi dengan segala hal yang tidak baik supaya dapat bertahan hidup.

Disaat aku sedang melamun di tepi danau, tiba-tiba di sebelah kiri bangkuku duduklah seseorang yang tidak asing lagi bagiku.

Aku      : Mau apa lagi datang ke sini?

Luci      : Hahaha…jangan sinis begitu dong. Kita ini kan sahabat bagaikan kepompong…

Dengan sedikit mendengus, aku berkata : Mau mengajak apalagi, setiap saranmu yang aku lakukan tidak membuatku menjadi lebih baik, malah hatiku tidak merasakan kedamaian.

Luci      : Sabar sahabatku, itu semua karena kamu melaksanakannya dengan tidak sepenuh hati. Aku tahu kalau kamu kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh Gereja, kecewa karena kemunafikan orang-orang disekitarmu dan kecewa karena pengkhianatan yang kamu alami. Ikutilah aku terus, sahabatku, maka kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan dan juga kamu dapat membalaskan semua kekecewaan dan dendam dalam dirimu. Kamu akan selalu bahagia, bukankah itu yang kamu inginkan?

Aku diam sejenak, merenungkan kata-kata Luci…

Tanpa kusadari. di bangku sebelah kananku, duduklah seseorang yang juga tidak asing lagi bagiku, Si Tabib.

Tabib   : Salam damai sejahtera bagimu, anak-Ku. Aku mengetahui kalau di dalam dirimu penuh dengan kebimbangan. Waspadalah selalu karena pada saat kamu memenuhi hasrat nafsu dan egomu, maka kamu akan jatuh dalam kebinasaan abadi.

Aku      : Tabib, aku bosan dengan hidup ini. Dunia ini bagiku penuh dengan kegilaan, penuh dengan ketidakkonsistenan. Aku membencinya, karena aku menjadi korbannya.

Tabib   : Benar, kamu menjadi korban dunia ini. Namun jauh sebelum kamu, ada lagi seseorang yang tidak berdosa yang justru memilih mengorbankan hidupnya untuk kita semua karena KASIH-Nya bagi kita. Ia sama sekali tidak bersalah, Ia difitnah karena rasa iri sekelompok orang, Ia diadili dengan tidak adil karena sang hakim memilih keselamatan dan repurtasinya sendiri, Ia disiksa bertubi-tubi meskipun tidak ada keputusan untuk mendera-Nya, Ia dilecehkan habis-habisan sampai hampir telanjang bahkan sampai wafat-Nya di Kayu Salib. Namun Ia tidak mengeluh, Ia menyadari bahwa Ia harus menjadi korban dunia ini, Ia menyadari konsekuensinya mengasihi kita semua. Kamu tau siapa yang Aku maksudkan.
Apakah kamu masih mempunyai alasan untuk mengeluh dengan apa yang kamu alami saat ini?

Hidup hanya sekali. 
Semua yang kita putuskan akan berdampak bagi kehidupan kita setelah di dunia ini, apakah keselamatan dan kebahagiaan dunia yang kita pilih ataukah keselamatan dan kebahagiaan kekal.

Waspadalah karena Luci/Lucifer/si jahat selalu setia disamping kita, menunggu jiwa kita lemah dan kemudian seolah-olah sebagai sahabat, berniat membantu kita, namun dampak dari bantuannya itu adalah menemaninya di dalam kebinasaan kekal.

Perkuatkanlah selalu doa kita kepada Tuhan dan mohon bimbingan Ratu Surgawi untuk menuntun jiwa kita kepada Puteranya serat berbuatlah baik selalu pada sesama disekitar kita.

SELAMAT PASKAH, kiranya damai sejahtera selalu bersama kita.


Tuhan memberkati selalu.

Mikael Oka

Tidak ada komentar: