Suatu hari di hari libur, seorang anak kecil berjalan-jalan
dengan papanya di sebuah taman.
Anak kecil itu melihat seorang yang tampak sangat kumuh
sedang duduk-duduk di tepi taman sambil berbicara sendiri sambil beberapa kali memegang
perutnya.
Anak kecil : Pa,
lihat orang itu sepertinya dia lapar, boleh aku memberikan bekalku kepadanya?
Kasihan dia.
Si papa melihat ke arah orang lalu segera mengajak anaknya
pergi menjauh dari sana.
Papa :
Jangan nak, itu orang yang jiwanya terganggu, kita pergi saja dari sini. Papa
mual melihat tampangnya, papa tidak mau tangan papa kotor menolongnya dan juga
papa tidak mau terjadi apa-apa dengan kamu. Jangan kasihan dengan orang sakit
jiwa seperti itu.
Anak kecil : Lho
kenapa, Pa? Bukannya kita semua ini sama? Seperti yang diajarkan di Gereja,
bukankah kita ini semua bersaudara dalam Tuhan?
Wajah si papa agak merah dan telinganya panas mendengar apa
yg disampaikan anaknya itu.
Papa :
Jangan membantah, pokoknya ikut Papa pergi. Orang sakit jiwa itu tidak pantas
dikasihani, mereka kena kutuk Tuhan, dan mereka adalah sampah bagi dunia ini.
Anak kecil : Pa…
paling tidak, tolong berikan bekalku ini padanya, setidaknya perutnya akan
merasakan kenyang. Tolong, Pa… Tuhan pun pasti akan berterima kasih pada Papa.
Papa :
Kamu ini…… Baiklah mana bekalmu, nak?
Setelah si anak memberikan bekalnya kepada si papa, si papa
melempar bekal itu ke dekat orang yang sakit jiwa itu. Orang yang sakit jiwa
itu memungutnya dan memakannya dengan lahap.
Anak kecil : Pa,
kok begitu cara papa memberikan kepadanya?
Papa :
Sudah… jangan cerewet, kan yang penting papa sudah memberikan bekalmu kepada
dia, ayo kita pergi.
……
Kerapkali kita menjumpai hal-hal seperti di atas dewasa ini,
kita, atau bahkan kita lah yang menjadi seperti si papa?
Cobalah memandang dari hati kita, dan kita akan mengetahui
dan menyadari bahwa di dalam setiap orang yang menderita, mereka yang mengalami
gangguan kejiwaan, Yesus menjelma.
Itulah Yesus yang kita anggap menjijikkan,
Yesus yang membuat perut kita mual, Yesus yang terabaikan, Yesus yang tidak
waras karena kasih-Nya, Ia mengorbankan hidupnya demi kita yang justru menyalibkan-Nya
dengan dosa-dosa kita.
Waspadalah karena dunia ini semakin memandang rupa saja,
karena memang iblis merancangnya supaya kita berjalan ke kebinasaan abadi.
Alangkah lebih baik seorang yang tidak dapat melihat dan juga
tidak dapat mendengar, ia dapat sepuasnya memusatkan dirinya pada Tuhan, tidak
tersesat indra keduniawian, tidak terjebak dengan rupa maupun tersesat karena
mendengar suara-suara dunia.
Berdoalah senantiasa supaya kita mampu melihat dengan hati
dan mendengar dengan nurani, dan supaya Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria,
membawa kita kepada keselamatan kekal.
Tuhan memberkati selalu.
Teman-teman
terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan
artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"
With love,
Mikael
Oka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar