Kamis, 18 Desember 2014

Tradisi Pohon Natal

Tradisi pohon Natal berasal dari wilayah Jerman sekitar abad ke-7.
Awalnya pohon Natal ini adalah pohon Oak Kilat Geismar yang dipakai oleh penduduk setempat untuk memuja Dewa Thor dan melakukan berbagai ritual yang membuat jiwa mereka menjauh dari kebenaran.
Santo Bonifasius dengan kapaknya menebas pohon itu dan tiba-tiba angin berhembus kencang membuat pohon itu tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.  
Di balik pohon oak raksasa itu, berdirilah sebatang pohon cemara muda, bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga.
Santo Bonifasius kembali berbicara kepada penduduk setempat, “Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus; berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri; di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.”  
Mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa dan menempatkan pohon di tengah-tengah rumah. 
Mereka memasang lilin-lilin di dahan-dahannya, dan pohon itu tampak bagaikan dipenuhi bintang-bintang.
Itulah awal mula tradisi pohon Natal yang berkembang di dunia.
Tuhan memberkati selalu.

 (Disarikan dari YESAYA: www.indocell.net)
 ...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka

Jumat, 21 November 2014

Bunda Maria Dipersembahkan Kepada Allah

Ketika usianya baru tiga tahun, Santa Perawan Maria dibawa oleh kedua orangtuanya, St. Yoakim dan St. Anna, ke Bait Allah di Yerusalem.
Seluruh hidup Maria dipersembahkan kepada Allah. Tuhan telah memilih Maria untuk menjadi Bunda dari Putera-Nya, Yesus.
Santa Maria gembira dapat mulai melayani Tuhan di Bait Suci.
Dan St. Yoakim serta St. Anna juga merasa bahagia dapat mempersembahkan puteri kecilnya yang kudus kepada Tuhan.
Mereka percaya bahwa Tuhan telah mengirimkan Maria kepada mereka.

Di Bait Allah, Imam Besar menerima kanak-kanak Maria.
Ia akan ditempatkan di antara para gadis yang dipersembahkan bagi kepentingan doa dan pelayanan Bait Suci.
Imam Besar mencium serta memberkati kanak-kanak suci itu, ia tahu bahwa Tuhan telah merancangkan suatu hal besar baginya.
Kanak-kanak Maria tidak menangis atau pun merengek dan kembali kepada orangtuanya.
Ia datang dengan amat girangnya ke altar sehingga semua orang yang ada di Bait Allah jatuh hati kepadanya.

St. Yoakim dan St. Anna pulang kembali ke rumah mereka.
Mereka memuliakan Tuhan oleh karena puteri mereka terberkati. Maria tetap tinggal di Bait Allah, di mana ia tumbuh dewasa dalam kekudusan.
Maria melewatkan hari-harinya dengan membaca Kitab Suci, berdoa serta melayani para imam di Bait Suci.
Ia menenun kain halus serta menjahitnya menjadi baju-baju yang indah.
Maria dikasihi oleh para gadis yang lain sebab ia amat lembut hati.
Maria berusaha untuk melakukan semua kewajibannya dengan sebaik-baiknya agar dapat menyenangkan hati Tuhan.
Maria bertumbuh dalam rahmat Tuhan sehingga semakin nyatalah kemuliaan Tuhan.


“Santa Perawan Maria sudah barang tentu melakukan kehendak Bapa, dan baginya jauh lebih berarti menjadi seorang pengikut Kristus daripada menjadi Bunda-Nya, dan ia lebih diberkati sebagai pengikut-Nya daripada sebagai bunda-Nya.
Baginya suatu kebahagiaan untuk mengandung dalam rahimnya seorang Putera yang akan ditaatinya sebagai Tuhan-nya.”
St. Agustinus


Diambil dari sumber: http://yesaya.indocell.net
Tuhan memberkati kita semua.
...
Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka

Kamis, 20 November 2014

Pesan Sidang Tahunan 2014 KWI: Mewartakan Sukacita Injil

17/11/2014
Saudara-saudara seiman yang terkasih,

Sukacita Injil, Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 24 November 2013, ditujukan kepada para waligereja, imam dan diakon, kaum religius serta umat beriman.

Dengan penuh sukacita kami, para waligereja Indonesia menyambut seruan apostolik tersebut, mempelajarinya, membuka hati, budi dan pikiran untuk memahaminya.

Kami merasa berkewajiban meneruskannya kepada seluruh umat, agar hati kita berkobar untuk mewartakan sukacita Injil kepada Indonesia dewasa ini.

Agar Injil dapat kita wartakan secara tepat, kita perlu mengenal kenyataan Indonesia dewasa ini yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan-perubahan semakin cepat, yang mencengangkan dan sekaligus mencemaskan.

Dalam terang Injil kita ingin mengalami hati yang penuh sukacita karena perjumpaan dengan Kristus.
Berkat daya Roh Kudus kita ingin menerima kasih Allah sebagai Bapa bagi semua.

Sukacita Injil mewarnai cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Perubahan-perubahan semakin cepat

Kita sedang menyaksikan perubahan-perubahan semakin cepat karena arus globalisasi yang melanda Indonesia.

Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada kenyataan Indonesia.

Kita bersyukur atas kemajemukan budaya yang merupakan anugerah hidup bersama sebagai bangsa.

Keanekragaman suku, agama, ras, dan golongan tumbuh dalam semangat bhineka tunggal ika. Perjuangan bersama sebagai bangsa merekatkan perbedaan menuju persatuan bangsa berlandaskan Pancasila.

Perkembangan sikap saling menghormati demi kebaikan bersama ditempuh melintasi perubahan-perubahan zaman yang dari waktu ke waktu semakin cepat karena arus globalisasi.

Kita berprihatin karena arus globalisasi yang ditandai oleh komunikasi lintas batas negara dan budaya menggoncangkan tata nilai dan hubungan antar manusia.

Batas-batas wilayah dan batas-batas budaya yang menjadi dasar jatidiri suatu bangsa menjadi kabur.
Komunikasi dan pertukaran informasi yang semakin mudah dan cepat menawarkan banyak pilihan.
Ketidakpastian menggantikan nilai-nilai luhur yang dipegang sebagai warisan leluhur.

Hati manusia dipenuhi dengan ketamakan.

Orang mencari kepuasan diri dan menganggap sesama sebagai saingan.

Pola hubungan antar manusia sebagai pribadi berubah menjadi pola hubungan untung rugi, yang merendahkan martabat pribadi manusia.

Dalam hubungan antar manusia yang tidak bermartabat itu orang yang tidak memiliki kemampuan akan tertinggal, tersingkir dan tidak berdaya.

Akibatnya, terjadilah ketergantungan ekonomi, kesenjangan sosial, ketidakseimbangan antara alam, manusia dan tradisi.

Pertumbuhan ekonomi yang memakmurkan rakyat mengubah masyarakat menjadi konsumeris. Hadirnya penanam-penanam modal di daerah-daerah pedalaman, yang semestinya menumbuhkan semangat kerja, justru menimbulkan berbagai pertikaian dan kecemburuan sosial.

Kemajuan teknologi komunikasi yang memberi peluang kerjasama malah menjadikan masyarakat semakin egois dan menutup diri.

Pembangunan yang seharusnya menyejahterakan seluruh rakyat mengakibatkan kerenggangan hubungan antar manusia dan kerusakan lingkungan hidup.

Kerinduan untuk bersaudara, yang berakar pada kemanusiaan terdalam, dan bertumbuh dari keluarga sulit berkembang karena menyempitnya rasa setiakawan.

Orang cenderung menghindari tanggungjawab dan mementingkan diri sendiri atau kelompok. Kemanusiaan mengalami kerusakan karena hubungan antarsuku menumpulkan hati nurani. Hubungan antarumat beragama seringkali memudarkan cita-cita membangun persaudaraan sejati. Kesenjangan ekonomi-sosial yang makin lebar mengakibatkan orang kecil, lemah, miskin, tersingkir semakin tidak diperhitungkan.

Manusia menciptakan berhala baru, yaitu uang, dan dengan begitu Allah disingkirkan, dan hidup manusia menjadi kosong dari pengalaman rohani.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Penuh sukacita karena perjumpaan dengan Kristus

Di tengah-tengah segala perubahan yang kita saksikan, kita temukan ada yang tetap sama, tidak berubah, yaitu Yesus Kristus. “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibrani 13:8) .

Pada-Nya kita belajar berdoa kepada Bapa, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” (Mat. 6:10).

Kita berdoa, agar Kerajaan Allah datang, dan kehendak-Nya terjadi di bumi Indonesia seperti di surga.

“Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14: 17).

Mengawali seruan apostoliknya Bapa Suci menyatakan, bahwa “sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus” (EG. 1).

Di dalam perjumpaan dengan Yesus, Sang Putra, dan dalam perjumpaan kita sebagai saudara, kita mengalami Allah, Bapa yang maharahim, suatu pengalaman rohani yang menjadi daya kekuatan bagi kita untuk mewartakan sukacita Injil kepada semua bangsa.

Dengan penuh syukur dan sukacita kita terima amanat perutusan Tuhan, “…. pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Mat. 28:19).
Agar Kerajaan Allah hadir secara nyata, dan Injil Kerajaan Allah tetap diwartakan, Kristus mendirikan Gereja-Nya, himpunan orang beriman Kristiani berkat baptisan air.

Baptisan air tersebut menjadikan seseorang anggota Gereja, tubuh Kristus.

Kita berdoa dan bersyukur, karena rahmat-Nya Gereja tumbuh, berakar, mekar dan berbuah di bumi Indonesia.

Kristus membaptis dengan Roh Kudus (bdk. Mrk. 1: 8),

Roh Kudus mengubah manusia lama yang dikuasai dosa menjadi manusia baru “Roh Kudus dapat dikatakan memiliki kreativitas tak terbatas, tepat untuk pikiran ilahi, yang tahu bagaimana melonggarkan simpul-simpul permasalahan manusia, bahkan yang paling rumit dan sulit dipahami” (EG. 178).

Karena daya Roh Kudus itulah yang berbeda menjadi tidak berlawanan, melainkan terpadu saling melengkapi, yang jauh tidak menjadi terpisah, melainkan menjadi dekat, yang asing menjadi saling mengenal satu sama lain sebagai saudara.

Karya Roh Kudus itu kita kenali dalam peristiwa-peristiwa hidup yang mempersatukan banyak suku yang berbeda, aneka budaya dan beragam bahasa untuk membangun persaudaraan sejati, karena kesediaan melaksanakan kehendak Allah.

Yesus Kristus melaksanakan kehendak Allah, Bapa-Nya, secara tuntas dengan bersedia menapaki jalan salib menuju kematiaan-Nya di Golgota.

Di puncak Golgota itulah diakui, bahwa Yesus Kristus sungguh Anak Allah. Karena itu, meskipun dibunuh Ia tetap hidup.

Allah yang Mahakudus memanggil semua orang kepada kekudusan.

Panggilan kepada kekudusan adalah panggilan yang mempersatukan manusia dengan Allah, dengan sesama dan dengan semua makhluk, bukan memisahkan dan menceraiberaikannya.

Pengalaman manusia akan Yang Kudus membangun dalam hati setiap orang sikap kasih dan hormat kepada Allah, yang menjadi dasar bagi sikap kasih dan hormat kita kepada sesama dan semua makhluk.

Di bumi Indonesia yang majemuk beriman berarti beriman dalam kebersamaan dengan yang lain, yang berbeda agama, suku, ras dan golongan.

Dialog antaragama memerlukan “sikap terbuka terhadap kebenaran dan terhadap kasih” (EG. 250) Karena itu, membangun persaudaraan sejati tidak cukup dengan sikap toleran, suatu sikap sekedar menerima yang lain karena ada.

Lebih daripada sikap toleran dibutuhkan sikap kasih seorang akan yang lain, dan hormat menghormati untuk mewujudkan persaudaraan sejati antar sesama manusia dan semua makhluk, di mana Alllah menjadi Bapa bagi semua.

Allah Bapa mengangkat kita menjadi saluran kasih untuk menjumpai sesama kita terutama yang jatuh menjadi korban-korban terluka di pinggiran jalan salib kehidupan manusia.

Mereka adalah kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan yang terlupakan, yang menjadi korban tatanan sistim politik, ekonomi, budaya, dan komunikasi yang tidak adil.

Setiap orang beriman kristiani diutus untuk mewartakan sukacita Injil dengan hadir di dalam dunia, dan mengubahnya dari dalam laksana ragi dengan nilai-nilai Injil.

Kita umat Kristiani dipangil untuk memperhatikan mereka yang lemah di bumi, untuk melindungi dunia yang rapuh di mana kita hidup, dan semua orang di dalamnya (Bdk. EG. 209-216).

Pengalaman pendampingan terhadap mereka yang lemah, yang tersisih, seperti orangtua tunggal, penderita HIV/AIDS, pengungsi, korban penyalahgunaan narkoba, anak jalanan, orang miskin dan yang terabaikan membuka kesadaran kita, bahwa dalam perubahan-perubahan yang begitu menggoncangkan itu masih ada orang yang menghargai perbedaan dan kesetaraan antarsesama manusia.

Mereka itu digerakkan oleh keyakinan bahwa setiap pribadi adalah jauh lebih berharga daripada seluruh dunia.

Sikap yang perlu ditumbuhkan dalam kemanusiaan kita adalah menghormati, menghargai dan membuka ruang perjumpaan.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia.

Faham Gereja menurut Konsili Vatikan II, yaitu Gereja sebagai sakramen keselamatan dan persekutuan, diwujudkan dalam gereja setempat di Indonesia dengan mengembang-kan jati dirinya sebagai persekutuan komunitas-komunitas murid-murid Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah.

Agar kehadiran Gereja menjadi sukacita bagi warganya dan masyarakat, Gereja Katolik tetap melanjutkan upayanya untuk mencari dan melaksanakan cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia.

Gereja sebagai persekutuan komunitas-komunitas umat beriman lahir dari persekutuan Tritunggal Mahakudus.

Oleh sebab itu, hendaklah Gereja masuk ke dalam misteri persekutuan dengan Allah, mengalami dan merasakan perjumpaan pribadi dengan Allah sendiri melalui doa, kontemplasi, dan sakramen-sakramen terutama Ekaristi, sumber dan puncak hidup beriman, serta sakramen tobat.

Perjumpaan dan persekutuan pribadi dengan Allah dan dengan yang lain menjadi sumber sukacita sejati yang menjiwai dan mendorong Gereja untuk mewartakan kabar sukacita kepada segala bangsa.

Kabar sukacita yang diwartakan hendaklah bertumbuh dari Kristus sendiri yang berbicara dan menyapa manusia melalui Kitab Suci.

Persekutuan dengan Allah mendorong Gereja untuk keluar dari dirinya sendiri, melewati lorong-lorong kehidupan untuk merangkul semua orang, dan menjumpai mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan yang terabaikan.

Kepada siapa pun yang dijumpai, Gereja diutus untuk membawa cintakasih dan kegembiraan, perdamaian dan keadilan, persatuan dan persaudaraan sejati.

Pintu Gereja terbuka untuk siapa saja, Gereja adalah rumah bagi semua orang. Di dalam Gereja Kristus tidak ada orang asing, karena semua orang adalah saudara.

Dalam menjalankan perutusannya untuk mencari dan menjumpai orang lain dan dunia sekitarnya Gereja berupaya menampilkan wajah Allah yang maharahim dan berbe-laskasih, peka terhadap bimbingan Roh Kudus untuk selalu menyadari misteri ilahi di tengah segala kenyatan dan peristiwa yang terjadi.

Roh Kudus menjadi daya kekuatan bagi kita untuk memantapkan iman, meneguhkan harapan akan masa depan yang lebih baik, dan memancarkan kasih yang mempererat tali persaudaraan antar semua orang, di mana Allah menjadi segala bagi semua.

Agar dapat melaksanakan perutusan tersebut, Gereja harus bersedia membarui diri terus-menerus dalam bimbingan Roh Kudus, dan membenahi tata organisasinya.

Gereja menjadi bermakna bagi dunia dewasa ini dan tidak kehilangan kredibilitasnya.

Kehadiran dan pelayanan Gereja semakin berbuah sukacita bagi siapa saja dan apa saja.

Pembaruan diri Gereja semakin berdampak, bila para gembala menjadi teladan dalam pelayanan bagi seluruh umat.

Keteladanan para pemimpin yang sederhana membangkitkan harapan akan kehidupan yang lebih bermutu.

Pendidikan nilai dan suara hati yang dilakukan sejak dini mewujud dalam Gereja yang merangkul setiap perbedaan demi persaudaraan sejati.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Seruan Apostolik “Sukacita Injil” kami harapkan menjadi bahan pembelajaran yang berkelanjutan bagi kami sendiri para waligereja, para imam dan diakon, kaum religius serta umat beriman untuk mencecap kesegaran dari Injil, sumber suka cita bagi kita yang menjadi saksi Kristus pada zaman sekarang ini.

Kita bersyukur bersama Maria, bunda evangelisasi, yang telah menerima kabar sukacita dari malaikat Tuhan, dan mewartakan kabar sukacita itu pertama-tama kepada Elisabeth, dan selanjutnya kepada Gereja dan melalui Gereja kepada seluruh dunia.

Sesuai dengan teladannya marilah kita semua bertekun dan setia menapaki jalan salib kehidupan, dan secara kreatif mengembangkan cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia, sehingga Gereja menjadi sukacita bagi dunia.

Terpujilah Yesus Kristus kini dan sepanjang masa!

Jakarta, 5 November 2014

Konferensi Waligereja Indonesia,

Mgr. Ignatius Suharyo
K e t u a

Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal

Sumber: mirifica.net, ucanews.com
  ...
Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka

Para Tunawisma Disediakan Kamar Mandi di Basilika Santo Petrus

17/11/2014

Paus Fransiskus telah memerintahkan pembuatan kamar mandi untuk para tunawisma di selah satu pojok Lapangan Santo Petrus setelah seorang tunawisma menyatakan dirinya sangat bau untuk makan bersama uskup.

Dalam sebuah inisiatif yang dipicu oleh salah satu pertemuan dengan pembantu dekatnya – seorang uskup agung yang turun ke jalan-jalan di Roma, Paus telah memberikan restunya untuk membangun toilet umum, selain  melayani jutaan peziarah dan pengunjung yang datang ke Vatikan setiap tahun.

Pekan depan, para pekerja mulai membangun tiga kamar mandi untuk para tunawisma agar mereka bisa mandi dan mencuci pakaian mereka, yang berjarak hanya beberapa meter dari tempat tinggal Paus Fransiskus.

Prakarsa serupa sudah berlangsung di 10 paroki di kota Roma atas permintaan Mgr Konrad Krajewski, seorang uskup agung Polandia yang saat ini menjabat sebagai Almoner resmi Paus – orang yang bertanggung jawab memberikan amal kepada orang miskin.

Mgr Krajewski meluncurkan inisiatif tersebut setelah bertemu dengan seorang pria tunawisma dari Sardinia, di salah satu jalan utama yang mengarah ke Lapangan Santo Petrus pada Oktober lalu.

Uskup agung itu baru saja pulang mendengar pengakuan di Gereja Roh Kudus dan dalam suasana kontemplatif, ia berjalan menyusuri Via della Conciliazione dan menabrak seorang pria tunawisma.

“Dia mengatakan kepada saya bahwa ia baru 50 hari di lokasi tersebut dan ia telah hidup di jalanan selama 10 tahun,” kata Mgr Krajewski dalam sebuah wawancara dengan harian Italia La Stampa.

Setelah kejadian itu, Mgr Krajewski mengundang dia untuk makan malam bersama, namun pria tunawisma itu menolak, seraya mengatakan: “Puzzo” (saya bau).

Uskup Agung Krajewski segera meminta sebuah perusahaan konstruksi untuk membangun kamar mandi di paroki-paroki dengan sebagian besar dana disumbangkan oleh penyanyi tenor Italia Andrea Bocelli.

Prelatus itu menegaskan dia tidak ingin para pengunjung ke Vatikan mencium bau tak sedap karena mereka harus berbagi toilet dengan para tunawisma.

“Basilika ini berada untuk menjaga Tubuh Kristus, dan kami melayani tubuh Yesus yang menderita dengan melayani orang miskin,” katanya.

Sumber: ucanews.com
 ...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka

Keluarga Kristen Laos Diusir Setelah Menolak Meninggalkan Iman Mereka

17/11/2014

Enam keluarga Kristen Hmong, Laos telah dipaksa meninggalkan desa mereka setelah menolak meninggalkan iman mereka, demikian anggota kelompok etnis dan keluarga mereka.

Enam keluarga, yang terdiri dari 25 orang, diminta meninggalkan rumah mereka di Distrik Khamkeut, Provinsi Borikhamxay, karena mereka menolak kembali ke animisme seperti yang dilakukan oleh sebagian besar warga di Desa Ko Hai, kata sumber itu kepada RFA Laos Service.

“Menyusul mereka masuk Kristen, pihak berwenang setempat tidak suka dan memerintahkan mereka untuk kembali ke animisme, tetapi mereka menolak,” kata sumber tersebut.

Menurutnya, pihak berwenang menahan dua orang dari kalangan keluarga itu pada Juli dan menahan mereka selama hampir satu bulan setelah mereka menolak untuk meninggalkan agama Kristen.

“Setelah mereka dibebaskan, pihak berwenang berupaya lagi memaksa mereka masuk animisme, tetapi mereka masih menolak, sehingga mereka terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka,” katanya.

Dua dari keluarga-keluarga Kristen itu diusir dari Ko Hai pada 27 Agustus, sementara empat lainnya diusir pada 18 September, katanya.

Semua enam keluarga dimukimkan di Desa Khamkeut, Hoi Keo, yang terletak dekat kota Lak Sao, kata sumber itu.

Dia mengatakan bahwa seorang kakek berusia 62 tahun dari salah satu keluarga tersebut meninggal tak lama setelah tiba di Hoi Keo, seraya menyatakan bahwa stres karena dipaksa dari rumah leluhurnya membuat ia meninggal.

“(Keluarga-keluarga Kristen) ingin kembali ke rumah mereka karena mereka miskin dan tidak memiliki cukup uang untuk bermukim di lokasi baru,” kata sumber itu. “Mereka sudah memiliki rumah, tanah dan sebuah peternakan di desa lama mereka.”

Gubernur Khamkeut mengaku pihaknya tidak memiliki pengetahuan tentang penggusuran paksa, tetapi berjanji untuk menyelidiki.

“Kami belum menerima laporan tentang kasus ini, tapi kami akan melihat ke dalamnya dan meminta pemerintah setempat,” kata gubernur itu kepada RFA.

Menurut teman keluarga yang digusur, tujuh lainnya etnis Hmong – termasuk seorang anak 14 tahun – ditangkap di Provinsi Luang Namtha, Laos bara laut, pada 2 November setelah mereka dikonversi dari animisme ke Kristen.

Dia mengatakan lima orang Kristen dibebaskan setelah menandatangani janji untuk meninggalkan iman mereka, tetapi dua orang lain menolak dan akan dipindahkan ke penjara provinsi itu.

Seorang petugas keamanan dari Distrik Long, Luang Namtha, dimana tujuh orang itu tinggal, membantah bahwa pihak berwenang telah menangkap orang-orang Kristen.

Tapi, dia mengatakan kepada RFA bahwa tujuh warga tersebut telah diciduk untuk diinterogasi.

Konstitusi Laos memberikan kebebasan beragama, tetapi menetapkan bahwa negara itu harus berperan aktif dalam mengelola urusan agama negara itu.

Umat Kristen merupakan minoritas kecil di negara mayoritas Buddha itu, dimana Katolik, Protestan, Muslim, Bahai, serta pengikut Konfusianisme mencakup kurang dari tiga persen dari populasi, menurut laporan tahunan Departemen Luar Negeri AS tentang kebebasan beragama global.

Di beberapa provinsi di Laos, otoritas lokal curiga terhadap kelompok agama non-Buddhis, dan kadang-kadang kelompok minoritas ditolak untuk berpartisipasi dalam Buddha atau upacara animisme menimbulkan ketegangan dalam masyarakat lokal, menurut laporan tersebut.

Pada Maret, enam keluarga Kristen meninggalkan desa mereka dengan mayoritas Buddha di Provinsi Savannakhet, dan kelompok HAM mengatakan para warga tersebut diancam penggusuran jika mereka tidak meninggalkan iman mereka, meskipun pihak berwenang setempat mengatakan keluarga telah meninggalkan atas kemauan sendiri untuk menghindari konflik dengan warga lain.

Sumber: ucanews.com
...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka

Tempat Doa Fatima Melayani Warga Suku Miskin

12/11/2014
Sebuah paroki dan tempat doa yang didedikasikan untuk Santa Perawan Maria dari Fatima di Keuskupan Agung Bombay menarik ribuan peziarah secara rutin, dan melayani warga suku miskin yang tinggal di Distrik Raigad, Negara Bagian Maharashtra, India.

Tempat doa itu menutup ziarah tahunan ke-79 pada 19 Oktober, pada  hari Minggu menyusul Pasta Santa Perawan Maria dari Fatima.

“Gereja Santa Perawan Maria dari Fatima di Karjat adalah  pertama yang diberi nama  Santa Perawan Maria dari Fatima, bukan hanya di India, tapi di seluruh Asia,” kata Pastor Calistus Fernandes, kepala tempat doa itu.

Tempat doa ini adalah rumah bagi sebuah patung Bunda Maria  yang menampakkan diri di Fatima, Portugal. Patung ini dibawa dari Portugal  tahun 1920, dan diakui secara resmi oleh Takhta Suci  tahun 1930.

Patung ini pertama kali diletakan di dekat kantor Stasiun Kereta Api, tetapi tahun 1935 sebuah gereja kecil dibangun untuk  meletakan patung tersebut.

“Tempat doa Santa Perawan Maria dari Fatima di Karjat berdiri sebagai mercusuar persatuan dan perdamaian. Umat Katolik melepaskan dahaga spiritual mereka melalui Misa Kudus, Adorasi Ekaristi, novena, dan rosario,” kata Pastor Fernandes.

Tempat doa itu terletak di kota Karjat, hampir 40 kilometer sebelah tenggara Mumbai. Distrik ini adalah rumah bagi beberapa komunitas etnis miskin, termasuk etnis – Katkari, Mahadev, Koli, dan Thakur.

Sekarang tempat doa itu sebagian besar melayani Katkari, sebuah kelompok suku nomaden yang sangat rentan.

Paroki ini memiliki 45 keluarga suku, dan memiliki program-program pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas, yang berfokus pada pendidikan dalam kemitraan dengan kongregasi religius.

Pastor Fernandes mengatakan bahwa inkulturasi liturgi dan pesan dari Fatima dikomunikasikan dalam bahasa sehari-hari telah “mendorong peningkatan partisipasi dan pembangunan iman.”

Meskipun tempat doa itu relatif terpencil, orang berduyun-duyun dalam jumlah besar untuk memuliakan dan menghormati Santa Perawan Maria dari Fatima, yang menimbulkan pertanyaan di kalangan penduduk setempat dari agama-agama lain: “Mengapa dan apa yang menarik orang ke tempat doa kecil ini?”

“Hal ini menciptakan kesempatan bagi dialog antaragama,” kata Pastor Fernandes, “dan membersihkan ide relativisme, atau jatuh ke dalam perangkap sinkretisme dan propaganda palsu.”

Umat Katolik di Keuskupan Agung Bombay kurang dari tiga persen dari total penduduk.

Paroki itu sedang  bersiap-siap untuk perayaan satu abad penampakan di Fatima, yang akan dirayakan hingga tahun 2017.

Dengan jumlah peziarah yang meningkatmasuknya, Keuskupan Agung Bombay sedang mempertimbangkan akan mengelola tempat doa tersebut, yang sebelumnya ditangani paroki.

Sumber: ucanews.com

 ...
Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka