Selasa, 04 Februari 2014

Amarah dan Lubang Paku



Pamanku pernah menyampaikan padaku kalau kita sedang dikuasai amarah, tindakan yang kita lakukan umumnya bersifat merusak diri kita dan sekitar kita.

Kita yang dikuasai amarah itu ibarat kita sedang memaku dinding dengan paku besar sedalam-dalamnya, namun setelah amarah reda, dosa dan penyesalan yang kita dapatkan, ibarat lubang bekas cabutan paku besar dari dinding dan retakan disekitarnya.

Semakin banyak paku besar yang kita tancapkan di dinding, makin banyaklah lubang di dinding belum ditambahkan dengan retakan-retakan disekitar lubang di dinding tersebut, dan bila terus berkelanjutan akibatnya adalah rapuhnya dinding tersebut dan pada akhirnya hancurnya dinding tersebut.

Semakin sering kita dikuasai amarah, semakin banyak pula lubang dosa dan penyesalan yang kita dapatkan, hidup kita akan mengarah kepada penderitaan kekal, apakah kita mengkehendaki demikian?

Lalu bagaimana cara kita sebagai umat Katolik mensikapi amarah dalam diri?

Ada berbagai macam cara yag bisa dilakukan, antara lain:

1.      Menyadari bahwa amarah itu adalah wajar, suatu sifat dalam diri setiap manusia, Tuhan Yesus sendiri pernah marah pada saat lingkungan Bait Allah dipakai sebagai suatu aktivitas komersial duniawi, yang sifatnya berkelanjutan. 

Jadi janganlah mengumbar amarah tanpa alasan yang jelas.


2.      Diamlah sejenak, berdoalah dalam hati, meskipun singkat, mohon kiranya Tuhan membantu mengendalikan diri kita.

Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: 

"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1: 19-20).


3.      Kendalikanlah lidah dan janganlah bermulut "pedas", berkata-katalah secara lemah lembut (bukan berarti kita "kemayu" atau bersikap "alay").

Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci:

"Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah." (Amsal 15:1)

"Lidah pun adalah api; ia merupakan dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedangkan ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulu yang satu mengeluarkan berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (Yakobus 2:6, 9-10).


4.      Berdoalah terus menerus mohon pengampunan dari Tuhan karena seringkali kita tanpa sadar membiarkan amarah menguasai diri kita dan kita mengehendaki adanya suatu pembalasan kepada orang yang membuat kita dikuasai amarah.

Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: 

"Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh." (Pengkhotbah 7:9).

"Saudara-saudaraku yang terkasih, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan demikian kamu menumpukkan bara di atas kepalanya." (Roma 12:19-20).


5.      Ingatlah untuk selalu berusaha mengampuni mereka yang membuat kita marah, karena kita sendiri adalah manusia yang rapuh, pendosa yang terus mendapat belas kasih pengampunan dari Tuhan.

Demikianlah teman-teman terkasih, beberapa cara kita sebagai umat Katolik berusaha supaya jangan sampai amarah menguasai kesadaran kita.

Kita harus terus menerus berusaha untuk mewujudkan situasi dimana kita mampu mengendalikan amarah dalam diri kita bukan sebaliknya, milikilah kesungguhan hati dalam melakukannya sehingga ada akhirnya membuat hidup kita ini berkenan bagi Tuhan.

Semoga artikel ini menjadi berkat dalam hidup kita.

Tuhan memberkati kita semua.

...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka


Tidak ada komentar: