Rabu, 30 Juli 2014

Santo Petrus Krisologus


Santo Petrus Krisologus hidup pada sekitar abad kelima, ia dilahirkan di kota kecil Imola, Italia.

Ia dikenal sebagai seorang uskup dan pujangga gereja.

Uskup Italia ini gigih berjuang melawan bidaah / ajaran sesat yang merajalela dikalangan umat, terutama yang disebarkan Eutiches, yang menyangkal kemanusiaan Yesus.

Uskup Italia ini menyampaikan bahwa demi iman dan perdamaian, sebaiknya penyebaran ajaran iman melalui persetujuan Bapa Suci (Paus) sebagai Pimpinan Tertinggi Gereja.

“Krisologus” berarti kata emas.

Uskup Petrus Krisologus mendapat julukan “si mulut emas”, hal ini dikarenakan dalam setiap khotbahnya, ia menyampaikan pesan-pesan secara sederhana sehingga mudah dipahami oleh umat dan menyentuh hati mereka.

Ia dalam khotbah-khotbahnya mengajak umat untuk sesering mungkin menerima Komuni Kudus dan menyadari bahwa Tubuh Yesus seharusnya menjadi makanan bagi jiwa mereka sehari-hari.

Uskup Petrus Krisologus meninggal dengan tenang di Imola pada tahun 450.

Pada tahun 1729, Paus Benediktus XIII menyatakan Santo Petrus Krisologus sebagai Doktor Gereja.
...

Demikian teman-teman terkasih dalam Kristus, riwayat singkat dari Santo Petrus Krisologus.

Semoga kisahnya menginspirasi kita semua untuk selalu berusaha menjadi kudus setiap waktu, berkarya dengan tulus bagi kemuliaan Tuhan dan pada akhirnya supaya hidup kita berkenan bagi Tuhan.

Tuhan memberkati selalu.
...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka

Referensi: 

Sumber gambar dari internet yang diolah.

Orang Kudus Sepanjang Tahun, Mgr.Nicolaas Martinus Schneiders, CICM, Penerbit Obor, 2013.

The Catholic Idols Kisah Hidup Santo Santa Bacaan Inspiratif Kaum Muda - Jilid 3, Susan Helen Wallace FSP dan Melissa Wright, Penerbit Dioma, 2009.

Ensiklopedi Orang Kudus dari A sampai Z, Yayasan Cipta Loka Caraka, 2010.

Paus Fransiskus: “Tolong Berhenti, Saya Minta Anda Dengan Sepenuh Hati”



27/7/2014

Paus Fransiskus pada hari Minggu (27/7) menyerukan mengakhiri konflik di Timur Tengah, Irak dan Ukraina.

Berbicara setelah Doa Angelus kepada ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus dalam cuaca yang cerah dan panas, Paus berbicara tentang korban perang, khususnya anak-anak yang meninggal atau terluka dan menjadi yatim-piatu akibat kekerasan tersebut.

“Saya pikir terutama,” kata Paus, “anak-anak yang harapan untuk masa depan yang bermartabat dirampas dari mereka, anak-anak tewas, anak-anak terluka dan dimutilasi, anak yatim-piatu dan anak-anak dijadikan sebagai senjata mainan, anak-anak yang tidak tahu bagaimana untuk tersenyum. Tolong berhenti, saya meminta Anda dengan sepenuh hati,” tegas Paus Fransiskus.

Ia mendesak semua orang yang mendengarkan seruannya untuk bergabung bersama dia dalam doa agar Tuhan menganugerahkan rahmat kebijaksanaan kepada masyarakat dan para pemimpin di Timur Tengah, Irak dan Ukraina untuk menyelesaikan masalah melalui jalan damai dan menghadapi setiap konflik dengan kekuatan dialog dan rekonsiliasi.

Setiap keputusan, kata dia, tidak harus didasarkan pada kepentingan tertentu, tetapi pada kepentingan umum dan menghormati setiap orang.

Ingat, kata Bapa Suci, semua hilang akibat perang dan tidak ada yang hilang akibat perdamaian.
Paus Fransiskus juga mencatat bahwa pada Senin (28/7) menandai peringatan 100 tahun pecahnya Perang Dunia Pertama yang menyebabkan jutaan korban dan kehancuran yang luas.

“Besok, kita mengenang kejadian tragis ini, saya berharap bahwa kesalahan masa lalu tidak akan terulang, tapi tragedi itu sebagai pelajaran bersejarah sehingga kedamaian selalu dikedepankan dan keberanian untuk berdialog,” tambah Bapa Suci.

Sumber: UCA News
...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka


Selasa, 29 Juli 2014

Wanita Sudan yang Nyaris Dieksekusi Karena Pindah Agama Bertemu Paus Fransiskus


25/07/2014

Dalam pertemuan dengan seorang wanita Sudan yang nyaris dieksekusi karena ia tidak mau meninggalkan iman Katolik-nya, Paus Fransiskus berterima kasih kepada Meriam Ibrahim atas kesaksian imannya yang tulus demi Kristus.

Paus menghabiskan waktu 30 menit bersama Ibrahim, suami dan dua anak mereka pada 24 Juli, hanya beberapa jam setelah ia tiba dengan selamat di Italia setelah perjuangan dari penjara dan hukuman mati karena pindah agama di Sudan.

Pastor Federico Lombardi, juru bicara Vatikan, mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuan di kediaman Paus ditandai dengan rasa “kasih sayang” dan “sukacita”.

“Mereka telah” melakukan percakapan yang indah, “dimana Paus mengucapkan terima kasih kepada Ibrahim atas ” kesaksian imannya yang teguh,” kata imam itu. 

Ibrahim mengucapkan terima kasih kepada Paus atas doanya dan doa Gereja serta memberikan dukungan kepada dia, kata Pastor Lombardi.

Juru bicara Vatikan itu mengatakan pertemuan itu adalah tanda “kedekatan, solidaritas dan dukungan Bapa Suci dengan semua orang yang menderita karena iman mereka,” seraya menambahkan bahwa perjuangan Ibrahim telah menjadi contoh bagi banyak orang dalam kehidupan iman mereka.

Paus Fransiskus memberi keluarganya beberapa hadiah kecil, termasuk Rosario.

Ibrahim, seorang wanita Katolik berusia 26 tahun awalnya dijatuhi hukuman mati karena menikahi seorang pria Katolik, namun ia dibebaskan dari penjara di Sudan pada 23 Juni setelah tekanan internasional.

Tapi, dia ditangkap lagi keesokan harinya di bandara Khartoum bersama suaminya,  serta putranya berusia hampir 2 tahun, dan putrinya berusia  2 bulan, yang lahir di penjara setelah vonis hukuman mati.

Dituduh dengan memiliki dokumen perjalanan palsu, Ibrahim tidak diizinkan untuk meninggalkan Sudan, tapi dia dibebaskan dari tahanan dan tinggal di Kedutaan Besar AS di Khartoum, dimana dia kemudian menghabiskan bulan berikutnya.

Kementerian luar negeri Italia memimpin perundingan dengan pejabat Khartoum untuk mengizinkan dia meninggalkan Sudan. 

“Dia tiba di Roma pada 24 Juli dengan sebuah pesawat pemerintah Italia ditemani oleh keluarganya dan Wakil Menteri Luar Negeri Italia, Lapo Pistelli, yang memimpin pembicaraan yang akhirnya Ibrahim dan keluarganya diizinkan meninggalkan Sudan.

Pistelli mengatakan kepada wartawan di bandara Ciampino di Roma bahwa mereka telah meninggalkan Khartoum pada pukul 15:30 waktu setempat.

Ketua kelompok Italia untuk Darfur, Antonella Napoli, mengatur pertemuan Ibrahim dengan Paus Fransiskus.

Ibrahim bergabung dengan Gereja Katolik tak lama sebelum ia menikah dengan Daniel Bicensio Wani, seorang warga negara Amerika Serikat  tahun 2011.

Ia kemudian divonis mati dengan hukuman gantung.  

KUHP Sudan menghukum orang yang pindah ke agama-agama lain, dengan dihukum hingga tewas.

Keuskupan Agung Khartoum, yang mengikuti kasusnya, mengatakan Ibrahim tidak pernah menjadi Muslim karena ayahnya beragama Islam meninggalkan keluarganya saat dia berusia 5 tahun, dan dia dibesarkan menurut agama ibunya, Kristen Ortodoks.

Meskipun tekanan untuk meninggalkan agamanya agar ia dibebaskan, Ibrahim menolak. 

Gereja di Sudan mengatakan tuduhan terhadap Ibrahim adalah palsu dan meminta pemerintah Sudan untuk membebaskan dia dari penjara.

Ibrahim dijadwalkan berada di Roma selama beberapa hari sebelum menuju ke New York bersama keluarganya.

Sumber: UCA News
...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"


With love,


Mikael Oka