Pemilik
nama lengkap Rosiana Magdalena Silalahi ini telah menekuni dunia jurnalistik
sejak masih berseragam SMA.
Kegiatan
ekstrakurikuler majalah dinding menjadi pilihan alumni SMA Ursula ini untuk
menyalurkan hobi menulisnya.
Tak hanya
itu, Rosi juga aktif berkegiatan di majalah sekolah, Serviant.
Setamat SMA, wanita berdarah Batak ini mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri.
Setamat SMA, wanita berdarah Batak ini mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri.
Namun sayang, Rosi gagal diterima di Jurusan Komunikasi
FISIP Universitas Indonesia (UI) dan diterima di pilihan kedua, Jurusan Sastra
Jepang Fakultas Sastra UI.
Meskipun
begitu, impiannya untuk menjadi seorang jurnalis tak pernah pupus.
Setelah gelar sarjana sastra berhasil digenggamnya, Rosi mencari pekerjaan sesuai minat dan bakat di bidang jurnalistik.
Setelah gelar sarjana sastra berhasil digenggamnya, Rosi mencari pekerjaan sesuai minat dan bakat di bidang jurnalistik.
Bungsu
dari lima bersaudara ini kemudian mencoba peruntungannya dengan mengirimkan lamaran
kerja ke TVRI yang saat itu sedang membuka lowongan.
Sambil
menunggu panggilan kerja dari TVRI, Rosi mengisi hari-harinya dengan bekerja di
perusahaan periklanan selama beberapa bulan.
Setelah menanti selama sekian bulan, usaha Rosi akhirnya
membuahkan hasil.
Putri pasangan
L.M. Silalahi (alm) dan Ida Hutapea ini dipanggil untuk menjalani tes di
televisi milik pemerintah itu hingga akhirnya ia diterima sebagai reporter.
Di tahun 1999, SCTV sedang mencari reporter dan presenter baru.
Di tahun 1999, SCTV sedang mencari reporter dan presenter baru.
Kesempatan
untuk menambah wawasan dan pengalaman sebagai jurnalis pun tak disia-siakan
Rosi.
Berkat kemampuan dan kecerdasannya, Rosi berhasil
diterima bergabung di SCTV.
Setahun berkarir di televisi swasta itu, nama Rosiana
Silalahi mulai dikenal publik.
Saat itu ia mulai tampil di belakang meja siar sebagai
seorang pembaca berita.
Meski demikan, tugas sebagai reporter tetap
dijalaninya.
Karier istri Dino Gregory Izaak ini semakin bersinar setelah dua seniornya, Ira Koesno dan Arief Suditomo hengkang dari SCTV.
Karier istri Dino Gregory Izaak ini semakin bersinar setelah dua seniornya, Ira Koesno dan Arief Suditomo hengkang dari SCTV.
Bahkan
pada tahun 2003, ia dipercaya sebagai salah satu dari 6 jurnalis TV dari Asia
yang mendapat kesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Presiden Amerika
Serikat, George Bush di Gedung Putih, Washington DC.
Kepiawaiannya
berkomunikasi dengan tokoh lintas negara juga kembali ditunjukkannya ketika
mewawancarai Mahathir Muhammad, Lee Kuan Yew, hingga Presiden Iran, Ahmadinejad.
Berkat prestasinya itu, Rosi berhasil menorehkan namanya di dunia jurnalistik sebagai presenter berita berbakat.
Berkat prestasinya itu, Rosi berhasil menorehkan namanya di dunia jurnalistik sebagai presenter berita berbakat.
Berbagai
penghargaan pun dialamatkan kepada perempuan kelahiran Pangkal Pinang, Bangka
Belitung, 26 September 1972 ini.
Di tahun
2004, Rosi berhasil menyabet gelar Pembawa Acara Talk Show Terfavorit dan
Pembawa Acara Berita/Current Affair Terfavorit versi Panasonic Award, sebuah
ajang penghargaan bergengsi bagi insan pertelevisian.
Saat Pemilu 2004, Rosi memproduksi program 'Kotak Suara' yang membahas mengenai money politics.
Saat Pemilu 2004, Rosi memproduksi program 'Kotak Suara' yang membahas mengenai money politics.
Program
itu berhasil mengantarkannya sebagai pemenang penghargaan 'Indonesia Journalist
Board' tahun 2004.
Rosiana
dipercaya sebagai salah satu dari 6 jurnalis TV dari Asia yang mendapat
kesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Presiden Amerika Serikat,
George Bush di Gedung Putih, Washington DC.
Pada November 2005, setelah 5 tahun menjadi pembaca berita, Rosi akhirnya diberi kepercayaan menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Liputan 6.
Pada November 2005, setelah 5 tahun menjadi pembaca berita, Rosi akhirnya diberi kepercayaan menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Liputan 6.
Mendapat
kesempatan memimpin redaksi sebuah stasiun televisi swasta sebesar SCTV pada
usia 33 tahun bagi Rosiana Silalahi adalah anugerah dari Tuhan.
"Semua
ini dari Tuhan dan saya persembahkan untuk Tuhan. Sehingga, secara ukuran
manusia apakah mampu, saya akan berusaha maksimal, biar Dia yang
menyempurnakan, mengingat untuk ukuran umur, saya masih muda," katanya.
Sebulan kemudian, tepatnya Desember 2005, tropi Panasonic Award kembali dianugerahkan padanya karena berhasil terpilih sebagai Presenter Berita (Curent Affairs) Terbaik.
Sebulan kemudian, tepatnya Desember 2005, tropi Panasonic Award kembali dianugerahkan padanya karena berhasil terpilih sebagai Presenter Berita (Curent Affairs) Terbaik.
Setelah
sempat absen selama satu tahun, namanya kembali bergaung di ajang Panasonic
Award tahun 2007, dan untuk kali ketiga ia sukses meraih gelar Pembawa Acara
Berita/Current Affair Terfavorit.
Pada 12 Desember 2009, Rosi tak lagi menjabat sebagai Pemred Liputan 6 SCTV.
Pada 12 Desember 2009, Rosi tak lagi menjabat sebagai Pemred Liputan 6 SCTV.
Posisinya
kemudian digantikan oleh Presiden Direktur PT Surya Citra Media, Fofo
Suriaatmadja.
Mengenai
pergantian itu, sempat tersiar kabar yang menyebutkan bahwa terjadi keretakan
hubungan antara Fofo dengan Rosi.
Namun
kabar itu dibantah oleh Humas SCTV, Budi Darmawan. "Ini
pergantian biasa saja, tidak terjadi apa-apa di SCTV, semua berjalan
lancar," katanya.
Setelah lengser dari kursi Pemred Liputan 6, Rosi bersama dua orang rekannya sesama alumni SCTV, Bayu Sutiono dan Gunawan, memberanikan diri membuat rumah produksi bernama Rosi. Inc.
Setelah lengser dari kursi Pemred Liputan 6, Rosi bersama dua orang rekannya sesama alumni SCTV, Bayu Sutiono dan Gunawan, memberanikan diri membuat rumah produksi bernama Rosi. Inc.
Tim kreatif, kamerawan, bahkan tenaga operasional pun
diboyong dari SCTV.
Tampaknya Dewi Fortuna tak pernah berpaling dari Rosi.
Tampaknya Dewi Fortuna tak pernah berpaling dari Rosi.
Pada akhir 2009, berkat kemauan dan kerja kerasnya,
Rosi ditawari membuat acara talk show oleh Global TV.
"Sebenarnya
saya mau nawarin program yang lain. Cuma, sama pak Daniel, bos Global TV, saya
diminta bikin program sendiri. Katanya, kalau saya punya konsep sendiri, akan
diberi nama "Rossy".
Kebetulan
Global TV memang salah satu TV yang agresif mendekati saya dan berani ngasih
prime time," ungkapnya.
Konsep
talk show yang dibuat Rosi ini sebenarnya sudah dipikirkan sejak lama.
Bahkan, dia terus didesak oleh teman-temannya baik di
divisi pemberitaan maupun di luar pemberitaan.
Rosi yang mengaku sebelumnya sempat tidak percaya diri akhirnya menerima tawaran itu. "Rossy" sekaligus menandai kembalinya ia ke layar kaca.
Rosi yang mengaku sebelumnya sempat tidak percaya diri akhirnya menerima tawaran itu. "Rossy" sekaligus menandai kembalinya ia ke layar kaca.
Sebab dia sudah lama berada di balik layar ketika masih
di SCTV.
Lewat "Rossy", Rosiana Silalahi tampil menyapa
para pemirsa setianya.
Jika dulu
masyarakat mengenal wanita berambut pendek ini dengan image yang serius, tajam
bahkan terkesan galak, kali ini Rosi hadir dengan karakter barunya.
Atribut
setelan formil dan kacamata yang menjadi ciri khasnya dulu ketika menjadi
pembaca berita, kini tak lagi dikenakannya.
Rosi tampil segar dengan busana kasual dan tanpa
kacamata.
Pembawaannya yang serius dan kaku pun seketika sirna dari sosoknya.
Pembawaannya yang serius dan kaku pun seketika sirna dari sosoknya.
Rosi terlihat lebih natural, cerdas, bahkan tak jarang ia
berhasil menciptakan suasana sentimentil.
"Sebenarnya
ini diriku banget, yang doyan ngakak, iseng, dan jail," ujar Rosi.
Tapi, karena
citranya selama ini judes dan galak, Rosi mengaku agak susah beradaptasi
sewaktu syuting pertama kali. "Sebelas tahun jadi orang yang serius,
galak, dan judes di TV, sekarang harus mulai jadi diri sendiri," katanya.
"Dari awal saya ingin konsep yang humanis, ringan, tapi bermutu dan enggak slapstick. Ciri khas "Rossy" ada pertanyaan berbobot, tapi tidak teknis. Makanya, saya merasa lebih terprovokasi secara intelektual. Waktu baca berita, mereka tertipu! Makanya, saya dibiasakan masih pakai rok, enggak pakai kacamata, supaya enggak terlalu serius," papar Rosi yang mengaku sulit melepaskan imej dari SCTV.
Sarjana Sastra Jepang UI ini juga menginginkan talk show-nya menjadi acara yang tak hanya sekadar menyajikan informasi namun juga dapat mengusung gerakan moral, menginspirasi, serta mengajak pemirsanya berpikir. "Saya ingin memiliki program yang berpengaruh yang jadi alternatif tontonan di tengah banyaknya tayangan sinetron," jelasnya.
Rosi mengaku memandu acara talk show lebih sulit dibandingkan acara bertema politik. Sebab, dia harus mampu mendidik sekaligus menghibur namun tidak menggurui.
"Dari awal saya ingin konsep yang humanis, ringan, tapi bermutu dan enggak slapstick. Ciri khas "Rossy" ada pertanyaan berbobot, tapi tidak teknis. Makanya, saya merasa lebih terprovokasi secara intelektual. Waktu baca berita, mereka tertipu! Makanya, saya dibiasakan masih pakai rok, enggak pakai kacamata, supaya enggak terlalu serius," papar Rosi yang mengaku sulit melepaskan imej dari SCTV.
Sarjana Sastra Jepang UI ini juga menginginkan talk show-nya menjadi acara yang tak hanya sekadar menyajikan informasi namun juga dapat mengusung gerakan moral, menginspirasi, serta mengajak pemirsanya berpikir. "Saya ingin memiliki program yang berpengaruh yang jadi alternatif tontonan di tengah banyaknya tayangan sinetron," jelasnya.
Rosi mengaku memandu acara talk show lebih sulit dibandingkan acara bertema politik. Sebab, dia harus mampu mendidik sekaligus menghibur namun tidak menggurui.
Ia juga
harus menyiapkan banyak pertanyaan yang mengeksplorasi perasaan narasumbernya.
"Itu nggak mudah. Di politik, anda hanya tinggal menanyakan gosip-gosip terakhir,
membenturkan orang antara ya dan tidak. Mengkonfrontasi dan membuat mereka
berantem dan marah. Anda nggak perlu kritis untuk membawakan acara politik,
cukup mengajukan pertanyaan provokatif sudah jadi," katanya.
Menurutnya, berita politik yang berisi konflik, kecaman dan perseteruan membuat bosan penonton TV.
Menurutnya, berita politik yang berisi konflik, kecaman dan perseteruan membuat bosan penonton TV.
Mereka
membutuhkan tayangan yang mencerdaskan.
"Menggerakan orang kan tidak melulu dengan
politik," ujarnya.
Rosi dan timnya sempat cemas acara tidak diapresiasi penonton di tengah pesatnya persaingan antar stasiun televisi.
Rosi dan timnya sempat cemas acara tidak diapresiasi penonton di tengah pesatnya persaingan antar stasiun televisi.
Apalagi di
jam yang sama, TV lain menayangkan sinetron, lawakan, musik, dan reality show.
Namun, sepanjang berpegang pada komitmen awal, ia meyakini acaranya akan
mendapat tempat di hati penonton.
Ia pun
memanfaatkan jaringan yang dimiliki untuk menghadirkan narasumber yang belum
tentu bisa dilakukan talk show lain.
Antara
lain, Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani, Setiawan Djody, Menteri BUMN
(2011-2014) Dahlan Iskan, dan Wakil Presiden Republik Indonesia (2004-2009),
Ketua Umum PMI Jusuf Kalla.
"Kata bijak yang selalu kami ikuti, lakukan yang kita bisa di mana pun berada, dengan apa yang dimiliki. Dari dulu saya lebih senang dihormati bukan karena posisi, jabatan, atau sesuatu yang melekat secara harafiah di diri saya. Tapi karena apa yang saya miliki. Itu lebih memanusiakan saya," ujar wanita yang melepas masa lajangnya pada 30 Juli 2005 itu.
Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/347-selebriti/3048-presenter-handal-berprestasi
-Deo Gratias-
"Kata bijak yang selalu kami ikuti, lakukan yang kita bisa di mana pun berada, dengan apa yang dimiliki. Dari dulu saya lebih senang dihormati bukan karena posisi, jabatan, atau sesuatu yang melekat secara harafiah di diri saya. Tapi karena apa yang saya miliki. Itu lebih memanusiakan saya," ujar wanita yang melepas masa lajangnya pada 30 Juli 2005 itu.
Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/347-selebriti/3048-presenter-handal-berprestasi
-Deo Gratias-
...
Teman-teman terkasih
dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel
diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"
With love,
Mikael Oka
Referensi:
Diambil dari: https://www.facebook.com/gerejakatolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar