Senin, 20 Januari 2014

Tanda Salib




Dalam nama Bapa (In nómine Patris)
dan Putra (et Filii)
dan Roh Kudus. Amin. (et Spirits Sancti. Amen)

Salam damai sejahtera, teman-teman.

Sebagai umat Kristiani / Katolik, tanda salib sering kita lihat maupun kita lakukan dalam aktivitas sehari-hari, baik dalam doa, saat menerima berkat dari Romo / Uskup / Paus, saat Misa kudus, saat sebelum pembacaan Injil, dan berbagai kesempatan yang lain.

Apakah kita memahami makna tanda salib dalam hidup kita?

Tanda salib merupakan tanda penebusan kita, tanda kemenangan Kristus atas dosa, kematian dan roh-roh jahat.

Tanda salib juga dipandang sebagai berkat.

Tanda salib merupakan tanda khas orang-orang Kristiani / Katolik, ketika kita mengucapkan "Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus", kita mengakui iman kita akan Tritunggal Yang Mahakudus, misteri sentral iman kita.

Mengapa tidak ditemukan secara jelas dalam Alkitab mengenai tanda salib sebagaimana Doa Bapa Kami yang bisa ditemukan dengan jelas dalam Alkitab?

Pertama-tama kita harus memahami bahwa pegangan iman Kristiani / Katolik adalah Alkitab, Tradisi Suci Gereja dan Magisterium.

Tanda salib mempunyai sejarah dan makna yang mendalam sejak jaman Gereja awal.

Pada abad-abad pertama, orang-orang Kristiani membuat tanda salib khususnya ketika mengawali hari, mengawali doa dan Misa juga saat-saat mengalami pencobaan.

Tertullianus yang meninggal sekitar tahun 225, menulis "Dalam semua perjalanan dan gerak-gerik kami, ketika masuk dan keluar rumah, ketika mengenakan sepatu, ketika mandi, ketika duduk-duduk di meja makan, ketika menyalakan lilin, ketika berbaring, ketika duduk, apa pun kegiatan yang kami lakukan, kami menandai dahi dengan tanda salib. 

Kebiasaan ini tidak diamanatkan oleh suatu hukum formal dari Kitab Suci, tetapi diajarkan oleh tradisi, dikukuhkan oleh kebiasaan dan dipatuhi oleh iman." 

Santo Sirilius dari Yerusalem (abad ke-4) mengajarkan, "Maka, marilah kita tidak malu-malu mengakui Sang Tersalib.

Kiranya salib menjadi meterai kita, yang dengan berani kita buat dengan jari jemari kita pada dahi kita dan atas segala sesuatu; atas roti yang kita makan dan cawan yang kita minum, ketika kita pergi dan tiba kembali di rumah; sebelum pergi tidur, ketika kita berbaring dan ketika kita bangun; ketika kita dalam perjalanan dan ketika kita sedang beristirahat." 

Santo Ambrosius (abad ke-4) berbicara mengenai membuat tanda salib penuh dengan tangan bergerak dari dahi ke dada lalu ke bahu.

Santo Hieronymus dan Santo Agustinus melukiskan orang-orang Kristiani / Katolik membuat tanda salib pada dahi, kemudian pada bibir dan akhirnya pada dada sebagaimana masih kita lakukan saat ini sebelum pembacaan Injil pada Misa.

Orang-orang Kristiani / Katolik dari Gereja-Gereja Ritus Timur mempunyai cara sendiri dalam membuat tanda salib yang sangatlah simbolis.

Mereka memadukan ibu jari, telunjuk dan jari tengah pada ujung-ujungnya.

Ketiga jari ini bersama-sama melambangkan Tritunggal Yang Mahakudus.

Kedua jari yang lain (jari manis dan kelingking) dilipat dan keduanya menempel pada telapak tangan dan bersama-sama melambangkan kesatuan hipostatis, yaitu kesatuan kodrat Ilahi dan insani Kristus.

Kemudian menggerakkannya dari dahi ke dada lalu ke bahu kiri kemudian ke bahu kanan (yang menunjukkan Kristus duduk di sebelah kanan Allah Bapa).



Sekitar akhir abad pertengahan, tata cara membuat tanda salib kemudian dibakukan, yaitu dengan tangan (umumnya tangan kanan) bergerak dari dahi ke dada, lalu dari bahu kiri ke bahu kanan.

Santo Fransiskus dari Sales menjelaskan sebagai berikut: "Pertama-tama kita mengangkat tangan ke dahi sambil berkata, 'Dalam nama Bapa', untuk mengungkapkan bahwa Bapa adalah pribadi pertama dari Tritunggal Yang Mahakudus; dari Dia berasal Sang Putra, dan dari Dia pula muncul Roh Kudus.

Kemudian sambil berkata, 'dan Putra', tangan kita turun ke dada untuk mengungkapkan bahwa Sang Putra keluar dari Bapa, yang mengutus Dia turun ke rahim Sang Perawan.

Kemudian tangan kita gerakkan ke bahu kiri lalu ke bahu kanan sambil berkata, 'dan Roh Kudus', yang mengungkapkan bahwa Roh Kudus, sebagai pribadi ketiga Tritunggal Yang Maha Kudus, berasal dari Bapa dan Putra, bahwa Ia adalah Sang Kasih yang memadukan keduanya, dan bahwa kita, berkat rahmat-Nya, ambil bagian dalam buah-buah penebusan.

Oleh karena itu, tanda salib merupakan paparan singkat mengenai iman kita akan tiga misteri agung: iman kita akan Tritunggal Yang Maha Kudus, akan sengsara Kristus, dan akan pengampunan dosa; dengan tanda salib ini kita beralih dari alam kutuk pada sisi kiri ke alam rahmat yang ada pada sisi kanan.".

Sungguh luar biasa karunia tradisi suci yang kita terima ini.

Kemudian dasar hubungan tanda salib dengan Alkitab, antara lain sebagai berikut:

Dalam nubuat Nabi Yehezkiel, orang-orang benar di Yerusalem diselamatkan Allah karena suatu tanda di dahi mereka (Yehezkiel 9:4-5).

Santo Yohanes melihat orang-orang beriman di surga dibedakan dari orang-orang yang tidak beriman dengan tanda pada dahi mereka (Wahyu 14:1; 22:4).

...

Semoga pengetahuan akan tanda salib ini menjadikan kita semakin menghargai kekudusan tanda salib dalam keseharian kita dan menjadi berkat dalam hidup kita semua.


Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka

Referensi:
Sumber gambar dari internet yang diolah.
Alkitab Deuterokanonika, Lembaga Alkitab Indonesia, 2008.
Kompendium Katekismus Gereja Katolik, Penerbit Kanisius, 2013.
Ketika Iman Membutuhkan Jawaban - Buku 1, Rm. John Fladder, Penerbit Dioma, 2009. 
Tanda-Tanda Kehidupan, 40 Kebiasaan Katolik dan Akar Biblisnya, Scott Hahn, Penerbit Dioma, 2011.

Tidak ada komentar: