Romo Victor Germani Berset, CM
atau yang biasa dipanggil Romo Berset merupakan salah satu Romo yang melayani
di Paroki Kelsapa Surabaya sejak tahun 1993.
Romo Berset berkebangsaan Swiss,
lahir tanggal 21 Januari 1921,
ditahbiskan menjadi seorang imam / romo tanggal 29 Juni 1945.
Beliau terus setia menjalani
panggilan hidupnya sebagai seorang Romo sampai akhir hayatnya, banyak suka dan
duka telah beliau jalani dalam menjalankan panggilan hidupnya.
Beliau berpulang ke Rumah Bapa, hari
Kamis, 30 Januari 2014 pukul 16.30 WIB di Pastoran Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria (Kelsapa), Jalan Kepanjen 9,
Surabaya dan akan dimakamkan di Pohsarang, Kediri pada hari Sabtu, 1 Februari
2014
Romo Berset, merupakan
satu-satunya Romo yang mempunyai kesan mendalam dalam diriku sampai saat ini.
Saat dulu masih anak-anak dan
bersekolah di salah satu Sekolah Katolik dekat dengan Gereja Kelsapa, setiap
mendekati Natal dan Paskah, selalu bersama teman-teman, kami ke Gereja untuk
pengakuan dosa.
Namanya juga anak-anak, saat
menunggu giliran pengakuan dosa dalam Gereja, kami mengobrol sehingga suasana
agak ramai.
Tiba-tiba muncul Romo Beset
dengan perawakannya yang besar, berambut dan berjanggut putih menegur kami
supaya tenang dan mengingatkan bahwa kami berada di dalam Rumah Tuhan.
Suasana pun seketika itu menjadi
sunyi senyap ...
Kesan pertama aku melihatnya, seperti melihat seorang Santo
(lebih tepatnya Santo Nikolas dari Myra) karena aku bisa merasakan adanya aura
kudus yang memancar dari diri Romo Berset.
Kemudian saat remaja, pada saat
mengikuti perayaan pagi Ekaristi Kudus, yang dipimpin Romo Berset, dalam
homilinya Romo Berset, menanyakan pada kami apakah kami tahu kapan tanggal
kelahiran kami sebagai anak Tuhan (tanggal kami dibaptis).
Dari situ, beliau mengingatkan
kami bahwa jangan terlalu hidup dalam keduniawian, ingatlah bahwa kami telah
diselamatkan oleh Tuhan melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, dosa kami
telah dihapuskan terlebih pada saat kami dilahirkan kembali sebagai anak Tuhan,
apakah kami mau mensia-siakan angugerah luar biasa ini.
Jadi jika kami dapat mengingat
tanggal lahir duniawi kami, mengapa kami tidak dapat mengingat tanggal lahir
kami sebagai anak Tuhan, tanggal dimana kami menerima Tuhan sebagai Juru
Selamat kami.
Di lain kesempatan dalam
homilinya, Romo Berset juga pernah menekankan kata "AMIN" sebagai
bentuk pernyataan keyakinan akan iman kita kepada Kristus dan juga dengan
lantang Romo Berset menyuarakannya saat umat tidak bersemangat mengatakan "Amin"
dalam proses perayaan Ekaristi Kudus.
Luar biasa moment-moment bersama
Romo Berset, yang menguatkan diriku sebagai seorang Katolik.
Saat melihatnya harus duduk dikursi
roda di masa senjanya bersama seorang pengasuhnya, Theresia, hati ini sedih
melihatnya, teringat saat-saat beliau masih begitu perkasanya sebagai seorang
Romo.
Terima kasih kepada pengasuh Romo
Berset yang telah dengan setia melayani masa senjanya sampai akhir hayatnya,
kiranya Tuhan memberkati selalu.
Meskipun di kursi roda, beliau yang juga penggemar makan buah mangga ini
tetap semangat melakukan aktivitas sehari-hari dan pelayanan bagi umat, sungguh
semangat pelayanan yang luar biasa.
Kini, beliau telah menunaikan
hidupnya sebagai pelayan Tuhan yang setia, selamat jalan Romo Berset, kiranya Bunda
Maria membimbing Romo menuju ke Surga dan damai sejati Tuhan bersama Romo
selalu.
Doakanlah kami dihadapan Tritunggal
Maha Kudus, agar kami tetap setia sampai akhir pada iman Katolik kami, seperti
yang pernah Romo sampaikan, jika menerima panggilan Tuhan, harus taat dan setia
sampai akhir hidup.
Terima kasih Romo Berset atas semangat
hidup dan pelayanan yang telah Romo berikan kami kami semua.
...
Teman-teman terkasih
dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel
diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"
With love,
Mikael Oka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar