05/06/2014
Paus
Fransiskus mempersalahkan “budaya kesejahteraan” dan kenyamanan agar pasangan
suami-istri (pasutri) hidup bahagia dengan berjalan-jalan pada musim panas
mengelilingi dunia adalah lebih baik daripada memiliki anak.
Dia
mengatakan pasutri harus bercermin pada Yesus yang mengasihi Gereja-Nya untuk
belajar bagaimana menjadi setia dan tekun dalam panggilan mereka.
Sekitar 15
pasutri, yang merayakan 25, 50 atau 60 tahun pernikahan mereka bergabung
dengan Paus pada Misa pagi di Domus Sanctae Marthae, 2 Juni.
Dalam
homilinya, Paus Fransiskus mengatakan kesetiaan, kelanggengan dan berbuah
adalah tiga karakteristik kasih Allah untuk Gereja-Nya dan merupakan tiga pilar
pernikahan Kristen.
Sama seperti
Gereja berbuah dengan menghasilkan anak di dalam Kristus melalui baptisan,
pernikahan harus terbuka untuk kehidupan baru, kata Paus, seperti dilansir
Radio Vatikan.
“Dalam
sebuah pernikahan, kesuksesan ini kadang-kadang dapat diuji, ketika anak-anak
tidak datang atau ketika mereka sakit,” katanya.
Namun, “ada
hal-hal yang Yesus tidak suka,” lanjutnya, seperti pasutri “yang tidak menginginkan
anak, yang ingin tanpa keturunan.”
Paus
mempersalahkan “budaya kesejahteraan” yang mendorong para pasutri dengan
sengaja tak punya anak.
Ini adalah
budaya kenyamanan, katanya, “telah mendorong kita bahwa lebih baik untuk
tidak memiliki anak! Dengan cara itu Anda dapat mengelilingi dunia, berlibur,
Anda dapat memiliki rumah mewah di dunia ini, Anda akan bahagia.”
“Ada orang
berpikir lebih baik atau lebih mudah” memiliki anak anjing, dua kucing, dan
mencintai dua kucing dan anak anjing. Apakah ini benar atau tidak? Apakah Anda
melihat ini?”, tanyanya kepada para pasutri itu.
“Dan pada
akhirnya, pernikahan ini akan berakhir di usia tua dalam kesendirian, dengan
kepahitan dalam kesendirian”.
Paus
mengatakan Yesus selalu setia kepada Gereja-Nya — “pengantinnya: cantik, suci,
orang berdosa, tetapi dia mencintainya.” Yesus selalu setia, bahkan bagi
mereka yang berdosa dan menyangkal Dia, dan “kesetiaan ini adalah seperti
cahaya” yang bersinar pada pernikahan, menunjukkan “kesetiaan cinta”, katanya.
Selain
selalu setia, cinta juga harus “tak kenal lelah dalam ketekunannya,” katanya.
Seperti
Yesus mengampuni Gereja-Nya, pasutri harus saling memberi pengampunan sehingga
“cinta pernikahan bisa langgeng,” katanya.
“Kelanggengan
cinta “harus dipertahankan, di saat baik dan buruk,” ketika ada masalah,
masalah dengan anak-anak, masalah dengan uang, masalah disana-sini.”
“Kelanggengan
cinta,” katanya, selalu berusaha untuk menyelesaikan hal-hal untuk
menyelamatkan keluarga.”
Sumber: UCA
News
...
Teman-teman terkasih
dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel
diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"
With love,
Mikael Oka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar