Minggu, 15 Juni 2014

Paus Mengkritisi Pasutri yang Memilih Untuk Tidak Punya Anak


05/06/2014

Paus Fransiskus mempersalahkan “budaya kesejahteraan” dan kenyamanan agar pasangan suami-istri (pasutri) hidup bahagia dengan berjalan-jalan pada musim panas mengelilingi dunia adalah lebih baik daripada memiliki anak.

Dia mengatakan pasutri harus bercermin pada Yesus yang mengasihi Gereja-Nya untuk belajar bagaimana menjadi setia dan tekun dalam panggilan mereka.

Sekitar 15 pasutri, yang merayakan 25, 50 atau 60 tahun pernikahan mereka bergabung dengan Paus pada Misa pagi di Domus Sanctae Marthae, 2 Juni.

Dalam homilinya, Paus Fransiskus mengatakan kesetiaan, kelanggengan dan berbuah adalah tiga karakteristik kasih Allah untuk Gereja-Nya dan merupakan tiga pilar pernikahan Kristen.

Sama seperti Gereja berbuah dengan menghasilkan anak di dalam Kristus melalui baptisan, pernikahan harus terbuka untuk kehidupan baru, kata Paus, seperti dilansir Radio Vatikan.

“Dalam sebuah pernikahan, kesuksesan ini kadang-kadang dapat diuji, ketika anak-anak tidak datang atau ketika mereka sakit,” katanya.

Namun, “ada hal-hal yang Yesus tidak suka,” lanjutnya, seperti pasutri “yang tidak menginginkan anak, yang ingin tanpa keturunan.”

Paus mempersalahkan “budaya kesejahteraan” yang mendorong para pasutri dengan sengaja tak punya anak. 

Ini adalah budaya kenyamanan, katanya, “telah mendorong kita bahwa  lebih baik untuk tidak memiliki anak! Dengan cara itu Anda dapat mengelilingi dunia, berlibur, Anda dapat memiliki rumah mewah di dunia ini, Anda akan bahagia.”
“Ada orang berpikir lebih baik atau lebih mudah” memiliki anak anjing, dua kucing, dan mencintai dua kucing dan anak anjing. Apakah ini benar atau tidak? Apakah Anda melihat ini?”, tanyanya kepada para pasutri itu.
“Dan pada akhirnya, pernikahan ini akan berakhir di usia tua dalam kesendirian, dengan kepahitan dalam kesendirian”.

Paus mengatakan Yesus selalu setia kepada Gereja-Nya — “pengantinnya: cantik, suci, orang berdosa, tetapi dia mencintainya.”  Yesus selalu setia, bahkan bagi mereka yang berdosa dan menyangkal Dia, dan “kesetiaan ini adalah seperti cahaya” yang bersinar pada pernikahan, menunjukkan “kesetiaan cinta”, katanya.

Selain selalu setia, cinta juga harus “tak kenal lelah dalam ketekunannya,” katanya.

Seperti Yesus mengampuni Gereja-Nya, pasutri harus saling memberi pengampunan sehingga “cinta pernikahan bisa langgeng,” katanya.

“Kelanggengan cinta “harus dipertahankan, di saat baik dan buruk,” ketika ada masalah, masalah dengan anak-anak, masalah dengan uang, masalah disana-sini.”

“Kelanggengan cinta,” katanya, selalu berusaha untuk menyelesaikan hal-hal untuk menyelamatkan keluarga.”

Sumber: UCA News
...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,

Mikael Oka

Tidak ada komentar: