Rabu, 27 Agustus 2014

Imam Maryknoll yang Berani Mengadakan Berbagai Misi ke Korea Utara

25/08/2014

Sejak Perang Korea berakhir tahun 1953, tidak ada imam Katolik tinggal di Korea Utara (Korut) dimana kegiatan keagamaan secara efektif dilarang.

Sebaliknya, salah satu dari sejumlah orang luar telah menembus ke Korut adalah imam Katolik berusia 81 tahun dari West Philadelphia, Amerika Serikat.

Pastor Gerard Hammond MM, 81, yang tinggal di Korea Selatan sejak tahun 1960, pertama kali menyeberang ke Korea Utara tahun 1995 dan sejak itu telah membuat 51 perjalanan.

Selama kunjungan Paus Fransiskus ke Korea Selatan bulan ini, Paus bertemu dengan Pastor Hammond dan secara pribadi menyampaikan terima kasih atas karyanya di Korea Utara.

Pastor Hammond mengatakan ia pergi ke Korut sebagai “rasul perdamaian, rasul harapan” – tidak menginjili langsung, dimana pemerintah tidak akan mengizinkan, tetapi membawa bantuan kemanusiaan.

Bantuan pertama dalam bentuk pangan; baru-baru ini, dalam bentuk obat-obatan untuk para pasien TB.

Pemerintah telah mendukung misi Pastor Hammond dan rekan-rekannya, para misionaris Katolik dan Protestan yang didukung oleh Eugene Bell Foundation, yang berbasis di Amerika Serikat.

Mereka bisa sembuh dari penyakit itu sekitar lebih dari  70 persen, katanya, dibandingkan dengan tingkat kesembuhan di seluruh dunia hanya mencapai 48 persen. 

Tapi, bagi Pastor Hammond, yang masih menjabat sebagai superior jenderal untuk Ordonya di Korea, perjalanan melintasi zona demiliterisasi tidak hanya kesempatan untuk membantu orang miskin; juga merupakan “pengalaman spiritual”.

Imam itu menjelaskan saat ia mengambil sampel dahak dari para pasien TB, “Anda mendengar banyak orang yang batuk-batuk,” katanya.

“Anda harus memberi mereka secangkir air, semua itu sebagai simbolisme. 

Mereka minum air sehingga mereka dapat membawa dahak. 

Mereka juga berada dalam posisi paling rentan. Penyakit ini yang paling menular,” katanya.

Pastor Hammond mengatakan percakapan dengan para pasien tersebut sangat terbatas, dan tidak pernah mengambil tempat di luar jangkauan pengawal pemerintah.

Dia mengatakan dia tidak pernah berbicara tentang agama atau politik kecuali diminta, dan hampir tidak pernah ada. 

Namun, karena semua orang yang berhubungan dengan dia mengetahui bahwa ia adalah seorang imam, akhirnya mengetahui obat-obatan tersebut berasal dari sumbangan Gereja Katolik, katanya.

“Anda hadir untuk orang-orang yang Anda tidak dapat berbicara dengan mereka dan mereka tidak dapat berbicara dengan Anda, tapi ada pepatah lama: ‘berbicara dari hati ke hati,’” katanya.

“Mereka membutuhkan kasih sayang. Yah, mereka tinggal di negara dimana mereka mengatakan bahwa (mendiang diktator) Kim Jong Il memberi mereka segalanya.

Pastor Hammond yakin bahwa usahanya sedang membantu mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi di antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Sumber: UCA News

...

Teman-teman terkasih dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"

With love,


Mikael Oka

Tidak ada komentar: