25/08/2014
Sejak Perang
Korea berakhir tahun 1953, tidak ada imam Katolik tinggal di Korea Utara
(Korut) dimana kegiatan keagamaan secara efektif dilarang.
Sebaliknya,
salah satu dari sejumlah orang luar telah menembus ke Korut adalah imam Katolik
berusia 81 tahun dari West Philadelphia, Amerika Serikat.
Pastor
Gerard Hammond MM, 81, yang tinggal di Korea Selatan sejak tahun 1960, pertama
kali menyeberang ke Korea Utara tahun 1995 dan sejak itu telah membuat 51
perjalanan.
Selama
kunjungan Paus Fransiskus ke Korea Selatan bulan ini, Paus bertemu dengan
Pastor Hammond dan secara pribadi menyampaikan terima kasih atas karyanya di
Korea Utara.
Pastor
Hammond mengatakan ia pergi ke Korut sebagai “rasul perdamaian, rasul harapan”
– tidak menginjili langsung, dimana pemerintah tidak akan mengizinkan, tetapi
membawa bantuan kemanusiaan.
Bantuan
pertama dalam bentuk pangan; baru-baru ini, dalam bentuk obat-obatan untuk para
pasien TB.
Pemerintah
telah mendukung misi Pastor Hammond dan rekan-rekannya, para misionaris Katolik
dan Protestan yang didukung oleh Eugene Bell Foundation, yang berbasis
di Amerika Serikat.
Mereka bisa
sembuh dari penyakit itu sekitar lebih dari 70 persen, katanya,
dibandingkan dengan tingkat kesembuhan di seluruh dunia hanya mencapai 48
persen.
Tapi, bagi
Pastor Hammond, yang masih menjabat sebagai superior jenderal untuk Ordonya di
Korea, perjalanan melintasi zona demiliterisasi tidak hanya kesempatan untuk
membantu orang miskin; juga merupakan “pengalaman spiritual”.
Imam itu
menjelaskan saat ia mengambil sampel dahak dari para pasien TB, “Anda mendengar
banyak orang yang batuk-batuk,” katanya.
“Anda harus
memberi mereka secangkir air, semua itu sebagai simbolisme.
Mereka minum air
sehingga mereka dapat membawa dahak.
Mereka juga
berada dalam posisi paling rentan. Penyakit ini yang paling menular,” katanya.
Pastor
Hammond mengatakan percakapan dengan para pasien tersebut sangat terbatas, dan
tidak pernah mengambil tempat di luar jangkauan pengawal pemerintah.
Dia
mengatakan dia tidak pernah berbicara tentang agama atau politik kecuali
diminta, dan hampir tidak pernah ada.
Namun,
karena semua orang yang berhubungan dengan dia mengetahui bahwa ia adalah
seorang imam, akhirnya mengetahui obat-obatan tersebut berasal dari sumbangan
Gereja Katolik, katanya.
“Anda hadir
untuk orang-orang yang Anda tidak dapat berbicara dengan mereka dan mereka
tidak dapat berbicara dengan Anda, tapi ada pepatah lama: ‘berbicara dari hati
ke hati,’” katanya.
“Mereka
membutuhkan kasih sayang. Yah, mereka tinggal di negara dimana mereka
mengatakan bahwa (mendiang diktator) Kim Jong Il memberi mereka segalanya.
Pastor
Hammond yakin bahwa usahanya sedang membantu mempromosikan perdamaian dan
rekonsiliasi di antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Sumber: UCA
News
...
Teman-teman terkasih
dalam Kristus, diperkenankan mengutip / mengcopy / menyebarluaskan artikel
diatas dengan mencantumkan:
"sumber: Melodi-Kasih-Tuhan.blogspot.com"
With love,
Mikael Oka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar